MINGGU XI. BERCERITA PADA SANG BUAH HATI


MINGGU KE XI

BERCERITA PADA SANG BUAH HATI

Hasil penyelidikan para ahli yang mengemukakan bahwa janin dapat mendengar suara dari luar kandungan ibunya, dan dapat mengenali suara ibunya, dlsb.

Hal ini memberi kita suatu pengertian bahwa apa saja yang kita katakan pada saat hamil, akan berpengaruh pada sang janin.

Bagaimana kalau yang kita katakan/kita baca adalah hal-hal yang mengandung ilmu pengetahuan? Janin kita akan bertumbuh menjadi cerdas secara ilmu pengetahuan.

Bagaimana kalau yang kita kidungkan adalah lagu lagu rohani? Janin akan bertumbuh dalam suasana musical sorgawi yang tentunya membuat dia bertumbuh sehat roh , jiwa dan tubuhnya.

Waaaah, betapa dahsyatnya kalau yang kita lakukan padanya adalah bercerita cerita Alkitab. Di dalam cerita Alkitab dia akan mendapat manfaat sbb:

1.      Janin akan bertumbuh dalam kemampuan bahasa yang lebih tinggi dari anak lain yang tidak biasa mendengar cerita sejak dalam kandungan

2.      Janin akan bertumbuh dalam pengenalan akan Firman Tuhan melalui cerita yang menarik

3.      Janin akan memiliki keeratan yang lebih dengan sang ibu saat dia diaajak berbicara sebagai seorang pribadi

4.      Janin akan mendapatkan banyak manfaat sbb dari Firman Tuhan yang disampaikan dalam bentuk cerita: ( II Tim 3: 16)

a.       Mendapat pengajaran sejak dini

b.      Mendapat koreksi dari kesalahan

c.       Membentuk karakter

d.      Mendapat didikan

e.       Diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik

Cara bercerita pada janin:

Ulangan 6: 5-9

Mengajarkan berulang-ulang

Membicarakannya

  • Pada saat duduk
  • Pada saat dalam perjalanan
  • Pada saat berbaring
  • Pada saat bangun

Dari kitab ulangan 6: 5-9 kita akan bercerita pada janin dengan cara sbb:

1.      pada saat berbaring: membaca dari buku cerita bergambar, cerita alkitab (belilah buku yang tersedia banyak sekali di took buku Kristen)

2.      pada saat bangun: bercerita pada sang buah hati sambil berjalan-jalan pagi, tunjukkan apa yang anda lihat di jalan, pohon, burung, bunga dll, katakan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta ini, dan katakana harapan-harapan dan doa anda untuk dia.

3.      pada saat duduk : membaca alkitab bersuara, mendengar kaset khotbah, mendengar kaset cerita alkitab untuk anak (anda bisa membeli kaset-kaset semacam ini di took buku Kristen)

4.      pada saat dalam perjalanan : ceritakan apa yang anda lihat dan ajak dia bercakap-cakap tentang pendapat anda, dan apa kata Firman Tuhan tentang apa yang anda lihat. Jika di mobil ada radio, dengarkan siaran radio, jika ada tape/cd player, dengarkan kaset kotbah padanya.

TIPS:

1.      Volume suara jangan terlalu kecil

2.      Bayangkan sang janin ada di hadapan anda

3.      jangan malu pada lingkungan sekitar, karna belum tentu semua orang mengerti yang kita lakukan, tetapi mereka akan mengerti hasilnya kelak, saat melihat pertumbuhan anak kita. Tentu agak menggelikan bagi mereka yang tidak melihat lawan bicara kita, tetapi hanya kitalah sang ibu hamil yang dapat merasakan bahwa sang janin dapat memberi respon pada kita saat kita ajak bicara

4.      bercerita tidak perlu terlalu lama, tidak lebih dari 5 menit sekali bercerita, tetapi dapat kita lakukan sesering mungkin. Tekankan karakter ilahi dalam setiap tokoh teladan alkitab: misal Nuh; nuh hidup takut akan Tuhan, saat orang di sekitarnya hidup jahat, Nuh memilih untuk hidup baik, dll

5.      libatkan sang ayah untuk ikut bercerita pada sang janin

6.      ajak sang kakak (kalau ada kakak) mendengarkan cerita bersama, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui

7.      gunakan buku cerita bergambar untuk lebih memudahkan kita menggambarkan secara imajinatif cerita alkitab dengan mendeskripsikan apa yang kit abaca

8.      jangan takut untuk mengajak janin mendengarkan sesuatu yang tampaknya porsi orang dewasa; misal kaset khotbah dll. Karna roh sang janin tetap daopat menangkap rhema Firman Tuhan yang disampaikan sang pengkhotbah.

9.      membaca alkitab bersuara, tidak perlu harus disertai semacam khotbah. Biarkan Roh Kudus sendiri yang menjadikan Firman itu rhema buat janin kita.

10.  untuk bercerita tidak perlu waktu yang selalu harus khusus, bisa sambil memasak, dalam perjalanan ke kantor, bisa sambil ke pasar, bisa sambil di kamar, bisa diajak saat teduh berdua dengan kita, dll. (jadi jangan terlalu stress dengan jadwal) Namun jika anda type orang yang disiplin jam sekian, bercerita gambar, jam sekian mendengar kaset khotbah, jam sekian saat teduh bersama, dll, saya rasa itu juga tidak salah.

Berikut saya kutipkan tulisan dari pemenang lomba susu Prenagen. Dari kutipan dari internet ini, dapat kita perhatikan bahwa puisi karya pujangga duniawi saja sangat berpengaruh pada janin, apalagi Firman Tuhan yang tidak mungkin gagal, Roma 9:6

MENGUKIR KECERDASAN YANG PENUH CINTA             (Helvy Tiana Rosa) “Bagaimana cerita waktu hamil? Kok anak kalian bisa secerdas itu?” Itulah pertanyaan yang kerap dilontarkan orang pada saya dan suami. Dan biasanya sebelum menjawab, saya dan Mas saling berpandangan, tersenyum, mengenang masa-masa itu… Saat hamil anak pertama, saya sedang menyelesaikan skripsi sarjana, sambil bekerja sebagai redaktur suatu majalah. Saya dan Mas hidup sederhana di sebuah rumah petak dekat sungai Ciliwung. Jalan menuju rumah kontrakan kami cukup berliku dan curam. Setiap hari saya harus pergi ke kampus dan ke kantor dengan terlebih dahulu jalan kaki mendaki untuk sampai ke jalan raya. Dari sana saya harus berganti angkutan umum hingga tiga kali. Setiap bertemu dengan para tetangga, mereka geleng-geleng kepala melihat ransel besar di atas pundak saya. “Wah ini ibu hamil gagah banget ya!” “Iya nih kok kayaknya segar terus, nggak ada capeknya.” “Aduh mbak, staminanya luar biasa deh!” Saya lagi-lagi tersenyum. Tentu saya tahu bagaimana harus menjaga kandungan dari serangan rasa letih. Tetapi belajar dan bekerja bagi saya adalah sebuah kenikmatan sejati yang menyehatkan saya, dan yang saya yakini juga bagi calon bayi saya. Kalau sudah begitu, hilanglah semua lelah! “Sayang, aku ingin anak kita nanti menjadi anak yang cerdas, bukan hanya secara akal pikiran, tetapi juga cerdas secara emosional dan spiritual,” kata Mas sambil membelai perut saya. Saya mengangguk. “Aku juga ingin seperti itu, Mas. Kita berdoa dan berusaha bersama ya,” jawab saya sambil menggenggam tangannya. Sungguh saya tersentuh. Setiap pagi, sebelum kami berangkat kerja, Mas sudah menyiapkan sarapan lengkap khusus buat saya dan calon anaknya. Makanan yang ia siapkan pun sangat  menyehatkan: sayur, daging, telur, tahu tempe, lalu ada buah dan tentu saja tak ketinggalan susu Prenagen! Begitu juga kala malam tiba dan saya masih mengetik bahan skripsi, mas selalu membuatkan susu coklat hangat untuk saya. “Kok kamu suka bicara sendiri, say? Atau lagi bicara sama anak kita?” Tanya mas suatu hari. Saya mengangguk.  “Iya Mas, aku bicara dengan anak kita.” “Hmm, tapi masak dia juga diajak diskusi soal skripsi sarjana sastra-mu? Apa dia nggak pusing nanti?”  Tanya mas lagi. Saya tergelak. Mas juga. Saya jawil pipinya. “Tahu nggak say, anak kita sering bereaksi kalau aku ajak ngomong apa saja, juga soal skripsiku!” “O ya?” Saya  mengangguk serius. Memang sejak dinyatakan hamil oleh dokter, saya kerap berinteraksi dengan janin dalam kandungan saya lewat berbagai cara. Saya menyentuh dan membelainya, bercerita, bernyanyi, membacakan sesuatu (sejak hamil minat baca saya meningkat dahsyat!), mendengarkannya aneka musik, dan lain-lain seolah dia ada di hadapan saya. Saya juga menceritakan berbagai hal yang saya lihat dan menyentuh perasaan saya hari itu. “Sayang, kalau kamu sudah besar nanti, kamu tolong, kamu bela orang-orang yang lemah dan teraniaya ya. Tadi bunda lihat nenek-nenek yang jualan diusir, di tendang-tendang di tepi trotoar. Bunda sedih. Kamu tanya apa yang bisa bunda lakukan? Ya, bunda turun dari bis dan membela nenek itu. Tapi barang-barang dagangannya sudah hancur. Bunda juga ditertawakan. Tak apa, yang penting bunda sudah melakukan sesuatu, meski kecil….” “Cinta, hari ini bunda bertemu pengamen-pegamen kecil di jalan. Tapi kalau kita beri uang terus, nanti uang itu diambil para preman yang menyuruh mereka mengamen. Jadi bunda sengaja bawa roti unyil untuk dibagi-bagikan pada mereka. Suatu saat kita tolong mereka dengan sesuatu yang lebih dari yang bunda lakukan hari ini ya…. Apa pun cerita saya, janin di perut saya selalu merespon. Itu membuat saya tambah semangat. Setiap hari saya kutipkan untuknya puisi-puisi indah dari berbagai penyair dunia seperti Gibran, Neruda, Rumi dan Iqbal. Juga puisi-puisi Chairil Anwar, Rendra, Taufiq Ismail, Sapardi Djoko Damono, dan lain-lain. Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara…. Aku mencintaimu, itu sebabnya aku tak akan pernah selesai mendoakan keselamatanmu… (Sapardi Djoko Damono, Dalam Doaku) Atau: “Cinta, kamu tahu apa kata Pablo Neruda, penyair Chili yang meninggal saat bunda berusia tiga tahun itu tentang kita dan orang yang kita cintai? Dalam Soneta 18 dia bilang: begitu dekatnya sehingga tanganmu yang di dadaku serasa tanganku. Begitu dekat sehingga kalau aku tidur, yang terpejam tak lain matamu…” “Hari ini bunda buat puisi untuk kamu. Itu lho, bunda dan ayah masih bingung mau memberimu nama siapa? Puisinya sangat sederhana, tapi dibuat dengan cinta. Dengar ya!” Hari ini kami susuri lagi cakrawala mencari nama berarti bagimu Tapi nama apa yang teramat pas bagi anak yang sangat cerdas? Nama apakah yang sangat tepat bagi anak yang amat kuat? Panggilan apa yang paling kena untuk anak yang penuh cinta? Untuk pribadi yang bahagianya adalah kala ia mampu membahagiakan orang lain? Di sepanjang jalan menuju rumah kita Kami temukan nama-nama berserakan seperti daun-daun kering yang bertebaran disapu angin kemarau. Cerdas, kuat, cinta, dan bahagia, itulah dirimu Tapi kami belum tiba pada sebuah nama yang mampu kami ucap untuk keberadaanmu, Cinta…. Tepat 9 bulan 10 hari, saya pun melahirkan secara normal. Alhamdulillah kami dikaruniai bayi laki-laki yang sehat. Di rumah sakit itulah kami memberinya nama Abdurahman Faiz yang berarti hamba Tuhan yang Maha Pengasih dan yang meraih kemenangan/keutamaan. Begitu Faiz lahir saya memberikannya asi ekslusif  hingga lebih dari 6 bulan. Pada usia belum tiga tahun, Faiz sudah menampakkan bakat yang luar biasa. Saya terkejut ketika suatu pagi ia menyapa saya dan berkata: bunda, aku mencintaimu seperti aku mencintai surga…. Faiz menulis puisi pertamanya di komputer saat ia berusia 5 tahun Bunda, engkaulah yang menuntunku ke jalan kupu-kupu engkau adalah puisi abadi yang tak pernah kutemukan dalam buku Sejak balita, ia pun menunjukkan empati yang mengesankan siapa saja di sekitarnya. Kalau kami sedang jalan-jalan, dengan ramah Faiz selalu menyapa semua tetangga yang kami jumpai. Kadang bahkan orang yang saya tak kenal! Faiz juga tak sungkan memberhentikan semua tukang jualan yang lewat di depan rumah seperti tukang mainan, penjual es, penjual minyak tanah, hingga pengemis. Apa yang Faiz lakukan? Mengajak orang-orang itu sekadar istirahat di beranda rumah! “Mampir, Pak. Istirahat dulu, Pak. Di luar panas sekali. Mari….” “Bapak mau minum yang dingin atau yang hangat?” “Maaf ya, aku bukan mau beli, tapi aku mau tanya. Jangan marah ya, Pak. Apa bapak sudah makan? Makan saja di rumah kami. Ada sop dan perkedel hari ini!” Buku puisi pertama Faiz Untuk Bunda dan Dunia (DAR Mizan 2004) terbit saat ia berusia 8 tahun. Ia menjuarai berbagai lomba mengarang tingkat nasional, termasuk memenangkan Lomba Menulis Surat untuk Presiden (2003). Dalam usia belia Faiz dianugrahi banyak penghargaan, antara lain sebagai Anak Cerdas Kreatif Indonesia Tahun 2006, versi Yayasan Cerdas Kreatif pimpinan Kak Seto. Hingga kini Faiz sudah menerbitkan 6 buku di tambah 5 antologi bersama. Namun hal yang paling kami syukuri adalah sikap empati dan penuh cinta Faiz pada sesama yang kental terasa dalam karya serta tindakannya. Saat kelas II SD, ia berkata: “Aku menulis puisi karena empat alasan, Bunda. Untuk mengucapkan diriku, untuk menyentuh nurani sesama, untuk menolong orang dan agar aku bertambah pintar.” Alhamdulillah dari royalti buku-bukunya Faiz telah pula memiliki kakak dan adik asuh sendiri! “Bunda, kapan ya uangku cukup, untuk membangun rumah besar bagi anak-anak jalanan yang tinggal di kolong jembatan itu?” tanyanya suatu hari. Saya terhenyak. Pertanyaan yang sama dulu sekali, pernah saya lontarkan padanya, saat ia ada dalam kandungan saya. “Cinta, kapan ya bunda dan ayah bisa membangun sebuah rumah besar bagi anak-anak yang tak punya rumah dan ayah ibu itu? Kamu ikut doakan ya. Kalau sudah besar kamu perhatikan mereka ya, sayang….” “Apa karena sejak dalam kandungan kamu sering mengajaknya bicara dengan kalimat-kalimat pilihan?” duga Mas Tomi. “Karena tak ada hal selain cinta yang kita sampaikan padanya sejak dini?” katanya dengan mata kaca. Tahun ini, setelah Faiz berusia 11 tahun, saya kembali melahirkan anak kedua. Saya mencoba hal-hal yang serupa dan bahkan lebih seru pada kehamilan kali ini. Makan dan minum yang sehat (selalu ada Prenagen!), menjaga kebugaran, terus mengembangkan wawasan saat hamil dan tetap melakukan rutinitas, termasuk mengajar di sebuah perguruan tinggi negeri. Interaksi yang intens sedini mungkin dengan janin sampai masa kelahiran (hingga sekarang!) menjadi hal yang sangat penting bagi saya. Kali ini bukan hanya saya dan suami, tetapi Faiz pun sering mengajak calon adiknya berbicara, menceritakan, membacakan sesuatu, bernyanyi bersama, dan sebagainya….    Alhamdulillah anak kedua kami, Nadya Paramitha pun lahir, Februari lalu. Kini ia sudah 5 bulan dan tampak sehat, kuat, cerdas serta penuh cinta seperti abangnya. ==================================

Tinggalkan komentar