31. MENGUNJUNGI MUSEUM MARTHA BERRY


MINGGU 31
GABUNGAN SEMUA KELAS

MARTHA BERRY
(cerita ini diambil dari berbagai sumber dan didramatisir oleh: Grace Sumilat)

SIKAP HATI: SETIA PERKARA KECIL/ LOYAL

METODE YANG DIGUNAKAN:
Metode rekam peristiwa:  MENGUNJUNGI MUSEUM MARTHA BERRY

martha berry
martha berry

PENJELASAN METODE:
1.    Buatlah semacam museum, dengan menggunakan minimal 3 ruangan, dan 2 sisi halaman luar


2.    Semua ruang didekor sedemikian rupa sehingga menyerupai aslinya
3.    Semua pengunjung boleh bertanya apa saja pada Martha Berry dan Henry Ford atau kepada murid-muridnya, yang berkaitan dengan kisah hidup mereka
4.    Semua pengunjung diminta membuat laporan kesan dan pesan mereka setelah berkunjung ke Museum Martha Berry
5.    Semua yang saya cetak tebal di kisah Martha Berry berikut ini adalah petunjuk setting ruangan, orang yang harus berada di sana, dll.
6.    Pengunjung Musseum dibagi menjadi beberapa kelompok, satu kelompok maksimal 12 orang, 13 orang beserta museum guide nya.
7.    Pengunjung Museum akan diajak tour dari Pos Start di luar Museum tempat mereka mendapat buku mini, selanjutnya mereka akan dibimbing oleh Tour Guide masuk ke Ruang 1, Ruang 2, halaman 1, ruang 3, halaman 2, dan kembali ke ruang 2, di situlah nanti mereka dibawa ke ruang perenungan dan terakhir memasuki ruang aplikasi.
8.    Martha Berry akan ikut bersama anak-anak dari ruang 1, ruang 2, halaman 1 ruang 3 sampai halaman 2.
9.    Anak-anak yang menjadi murid dengan baju compang camping hanya ada di ruang 1 saja
10.    Anak anak berseragam rapi hanya ada di ruang 2 saja, dan boleh juga ada di halaman sisi 2 tempat mereka menanam benih.
11.    Para pembangun hanya ada di halaman 1 saja
12.    Henry Ford hanya ada di ruang 3 saja
13.    Uang dari Henry Ford hanya akan ditunjukkan Martha  Berry setelah pengunjung menginjak ruang II untuk kedua kalinya, kali ini Martha Berry mengeluarkan tumpukan uang itu dari laci meja guru.
14.    Selain para pemain berkostum dan pengunjung museum serta musseum guide, jangan ada guru sekolah minggu memenuhi museum. Guru lain dapat bergiliran menjadi Museum guide, atau menemani pengunjung tiap kelompok, satu guru pendamping, atau membantu dalam menyiapkan ruangan sebaik mungkin.

Pos Start:
Sebelum memasuki museum, ada Museum Guide yang akan memandu anak-anak. Museum Guide ini akan :
•    Membagi buku mini mengenai kisah hidup Martha Berry
•    Membacakan buku mini ini pada mereka
•    Setelah selesai, mengajak anak-anak masuk ke museum dan melihat-lihat
•    Semua pertanyaan anak-anak boleh diajukan pada Museum Guide ini.
•    Bahkan anak-anak boleh bertanya pada Martha Berry yang ada di sana dan juga pada siapa saja yang mereka jumpai
KISAH MARTHA BERRY, SEORANG YANG SETIA PADA PERKARA KECIL
(Print dan copy kisah ini dalam bentuk buku mini untuk para pengunjung museum, jangan print bagian yang saya cetak tebal, karna itu hanya petunjuk untuk panitia)

RUANG 1
Adik- adik, hari ini kita akan belajar dari kehidupan seorang yang luar biasa bernama Martha Berry.
Martha Berry adalah seorang anak dari keluarga yang kaya sekali, ayahnya adalah seorang pensiunan tentara yang juga memiliki usaha kapas.
(tumpukan kapas make up di sebuah meja)
(kalau ada pajang photo keluarga dari Martha Berry, browsing dari Internet)
Ayah Martha Berry memiliki sebidang tanah yang sangat luas sekali di Oak Hill, di Negara Roma, Georgia.
(peta tanah keluarga Martha Berry di Oak Hill)
Di daerah tempat Martha tinggal, tidak ada sekolah negri, sehingga banyak sekali orang miskin yang tidak bisa sekolah.
Pada suatu sore di hari minggu, di tahun 1890, Martha pergi ke sebuah pondok kayu kecil, di situ ia menulis dan membaca. Pada saat ia sedang ashik menulis dan membaca, “lho…siapa itu yang mengintip aku dari kejauhan….? Di sebelah sana, di balik pohon juga ada anak-anak lain yang mengintip aku…! Mungkin mereka ingin tahu apa yang sedang aku lakukan.” Katanya dalam hati
“Hei…sini!” panggilnya “masuk aja…..!”
(pohon dalam pot/semak-semak buatan, di luar jendela ruangan, dan ada anak-anak yang mengintip betulan)
(Martha Berry dengan kostum khusus)
Ada beberapa anak keluar dari semak-semak, pelan-pelan mereka mendekat. Martha Berry pun tersenyum dan mengajak mereka duduk di pondok kayu itu.
“Kalian mau dengar cerita Alkitab?” tanyanya pada anak-anak itu sambil mengeluarkan gambar-gambar cerita Alkitab yang menarik dipenuhi warna-warna cerah.
Anak-anak gunung itu pun cuma mengangguk pelan.
(anak-anak berpakaian compang camping/ memakai kostum compang-camping sungguhan)
Martha Berry pun tanpa sengaja memulai kelas sekolah minggunya yang pertama. Ternyata anak-anak itu begitu haus akan pendidikan….ternyata mereka tidak sekolah, tidak bisa membaca dan menulis.
(ruang kelas, ada meja, kursi, alat peraga cerita sekolah minggu/ buku alkitab bergambar anak-anak)
“Minggu depan datang lagi di sini ya..?” pinta Martha Berry dan langsung dijawab dengan penuh semangat “Pasti kami datang lagi kak..”
Minggu selanjutnya sangat mengejutkan, anak-anak yang minggu lalu datang, sekarang datang lagi, tetapi tidak sendiri, tiap anak membawa sepupunya, saudaranya, tetangganya dan teman-temannya, sehingga semakin lama sekolah minggu itu semakin banyak dan tempat pondok kayu itu pun sudah tidak muat lagi.
“Waah, tempat ini sudah tidak cukup lagi, aku harus mencari tempat lain yang lebih besar nih”
Akhirnya Martha menemukan sebuah gereja tua di dekat Gunung Lavendar. Di tempat itulah Martha mulai mengajar anak-anak itu menulis dan membaca, serta mengajak anak-anak itu bermain dengan gembira.

Ruang II
(Ruangan lain, mimbar, buku, pensil, kotak pensil, mainan anak, papan tulis, meja kursi siswa, kapur/ sepidol untuk menulis di papan, meja guru dan rak buku)
(Murid-murid berseragam duduk rapi di kelas itu, lengkap dengan alat tulis dan meja, serta buku-buku, mereka sedang ashik menulis dan belajar)
Karna keadaan masyarakat di sekitar situ yang sangat membutuhkan pendidikan, akhirnya Martha pun mendirikan sekolah yang dilengkapi dengan asrama bagi anak laki-
laki. Dan sekolah ini terus berkembang dengan pesat, mendirikan tidak hanya SD tetapi SMP dan juga SMA, juga bagi anak perempuan didirikan asrama.
Martha Berry menyumbangkan delapan puluh tiga hektar tanah warisan yang didapat dari ayahnya dan membeli kayu untuk bangunan pertama sedangkan tetangga dan orang tua siswa menyumbang tenaganya.

Halaman sisi 1
(tumpukan kayu di halaman luar kelas)
“aku nanti yang membantu memotong kayu-kayu ini” kata tetangga kanan
“Martha…nanti biar aku yang memasang pintunya, aku bisa kog”
Semua orang bergotong royong untuk membangun sekolah ini. Dengan iman yang kuat mereka membangun, tetapi keuangan mereka terbatas sekali.
(beberapa orang di luar dengan kayu, semen, sekop, batu-bata, dll, memakai kostum tukang bangunan dan sepatu boat sampai selutut)
Meskipun keluarganya kaya, dana pribadi Berry Miss tidak bisa menutupi kebutuhan yang banyak sekali, mereka membutuhkan uang untuk mendirikan bangunan, menggaji guru dan membeli alat-alat untuk mengajar.
Untuk sekolah dapat terus berjalan, Martha Berry harus mencari dana. Sebagai seorang anak dari keluarga kaya, tentu hal ini merupakan hal yang berat bagi Martha Berry .
(pajangan baju Martha Berry yang tadinya mewah, dengan perbandingan baju Martha Berry yang dipakai sekarang sangat sederhana, boleh juga dipajang baju sederhana)
Martha Berry mendengar bahwa seorang pemilik perusahaan mobil yang terkenal bernama Henry Ford sering memberi sumbangan. Martha Berry pun pergi mengunjungi Hendry Ford untuk meminta bantuan bagi sekolah yang sangat membutuhkan dana/uang.

Ruang III
(ruangan  lain, Henry Ford dengan kostum mewah/ jas. Ada mobil yang diparkir di showroom-nya, duduk di ruangan kantor, di sana ada komputer, dll layaknya sebuah kantor betulan)
Bapak Hendry Ford yang sudah capek dimintai sumbangan terus oleh banyak orang, merogoh sakunya dan mengambil uang receh, serta melemparkannya di meja, lalu berkata
(uang receh tergeletak di lantai)
“ini semua uang yang ada di saku saya….ambillah dan pergi dari sini” katanya dengan sombong
Martha Berry mengambil uang itu, walaupun uang itu hanya uang receh.
“terima kasih banyak Pak, Tuhan memberkati bapak!” katanya dengan wajah tersenyum.
Martha Berry sama sekali tidak marah diperlakukan kasar oleh Henry Ford. Ia tahu bahwa sesedikit apapun uang yang diterimanya itu adalah berkat Tuhan yang patut ia syukuri.
“Trimakasih Tuhan untuk berkatmu ini. Aku mau belajar bersyukur dan setia dalam perkara kecil…uang ini akan aku belikan benih, dan aku akan mengajak murid-muridku bekerja keras dengan menanam benih itu sehingga hasil panennya bisa kami jual nantinya”

Halaman sisi 2
(halaman 2/ disamping halaman yang ada tumpukan kayunya, benih kacang hijau dalam wadah plastik bekas air kemasan yang sudah tumbuh – guru mempersiapkan peraga ini dua minggu sebelumnya- atau beli saja secara instan- benih di pasar bunga yang sudah mulai bertunaas)
Ia memakai uang yang sedikit itu untuk membeli benih. Benih adalah biji yang bisa ditanam, biji jagung, biji strowberi, biji apel, dan lain-lain.  Ia pun mengajak murid-muridnya menanam di tanah yang luas itu, dari benih yang tadi dibelinya. Tanaman-tanaman  itu dirawat dengan baik, disiram dan diberi pupuk. Mereka bekerja keras agar dapat memanen apa yang mereka tanam.
Setahun sudah mereka bekerja keras merawat tanaman-tanaman itu, dan kini sudah panen. Martha Berry pun kembali ke Henry Ford dan menunjukkan foto-foto hasil kebun yang dihasilkan dari benih yang dibeli dari uang receh pemberian Henry Ford itu.

(pajangan foto-foto hasil kebun, di ruangan kelas/ ruang dua  dan di sebuah album photo portabel, yang tergeletak di meja Hendry Ford di ruangan tiga )

Betapa kagetnya Henry Ford, sang multijutawan itu. Ia sangat terkesan dengan murid-murid di sekolah yang didirikan Martha Berry, yang sangat rajin dan mau setia dalam perkara kecil.
Tanpa ragu-ragu lagi Henry Ford memberikan uang lagi sebanyak $ 25.000 langsung saat itu juga. Mulai dari saat itulah Henry Ford menjadi donator/penyumbang tetap dari Sekolah yang didirikan Martha Berry itu.

KEMBALI KE RUANG 2
(uang dalam bentuk dikaret-karet, bertumpuk tumpuk di sebuah meja guru, boleh memakai uang-uangan-monopoly, uang-uang ini ada di ruang II)
Ruang Perenungan
Guru membuat tayangan dengan rekam suara yang intonasinya bagus, ada sound effek dari musik yang lembut mengalun, dan berisi gambar-gambar dari Martha Berry atau sekolah yang kini/saat modern ini telah berdiri, dll , browsing di Internet
Ajak anak-anak menonton tayangan ini menggunakan LCD.
Inti dari tayangan ini adalah sbb:
Nah adik-adik dari kisah nyata kehidupan Martha Berry ini kita dapat menarik teladan yang berharga :
1.    Martha Berry walaupun anak seorang dari keluarga kaya, ia tetap tidak sombong, ia memperhatikan kehidupan orang-orang di sekitarnya yang membutuhkan bantuan, membutuhkan pendidikan
2.    Martha Berry mau dermawan, ia menyumbangkan tanah warisannya untuk berdirinya sekolah di daerah itu, sehingga sampai sekarang sekolah yang ia dirikan itu maju pesat dan menjadi sekolah yang luar biasa.
3.    Martha Berry mau setia dalam perkara kecil, yang awalnya ia hanya mengajar sekolah minggu dengan beberapa murid saja, hal itu ia kerjakan dengan setia, lama kelamaan sekolah minggu berkembang pesat, sehingga ia harus pindah tempat yang lebih besar, lama kelamaan karna ia tetap setia, Tuhan mempercayakan sekolah umum, asrama pria, SMP, SMA bahkan sampai universitas. Siapa yang setia dalam perkara kecil, kepadanya Tuhan mempercayakan perkara yang lebih besar lagi.
4.    Kesetiaan dalam perkara kecil juga ditunjukkan Martha Berry dengan tidak meremehkan uang receh yang ia dapatkan dari seorang Multijutawan. Dengan setia ia membelikan uang receh itu benih, dan kemudian menanam benih itu dengan penuh kerja keras. Lihatlah…hasilnya mereka mendapatkan lagi berkat sebanyak $25.000 .

Maukah kalian setia dalam perkara kecil?

Bagaimana contohnya setia dalam perkara kecil?
1.    di rumah mau mengerjakan pekerjaan rumah yang tampaknya kecil, misalnya membantu ibu menyapu rumah. Daud awalnya juga hanya membantu ayahnya menjaga domba, dombanya pun tidak banyak, hanya dua sampai tiga ekor, tetapi Daud melakukan hal itu dengan setia, dan pada akhirnya Daud dipercaya memimpin pasukan perang, menjadi kepala pasukan, bahkan akhirnya menjadi raja.
2.    dalam hal pelajaran, mau mengerjakan PR, yang mungkin bagi kalian membosankan…setiap hari bikin pr terus. Jika kalian setia dalam mengerjakan PR, tentu saja nanti kelak ketika kalian besar, kalian sudah terbiasa mengerjakan tugas dengan baik, siapa tahu suatu saat nanti kalian dipercaya Tuhan memimpin perusahaan yang besar atau bahkan menjadi Presiden Indonesia?
3.    dalam hal mengembangkan bakat. Jangan malas berlatih basket, jika memang bakatmu di situ. Latihan-latian yang tampaknya tidak berguna itu jika terus kamu tekuni suatu saat siapa tahu kamu jadi atlet yang luar biasa?
4.    guru sekolah minggu dapat memberi contoh dari pengalaman pribadi guru dalam setia perkara kecil.
Ayat Mas: (dipajang di RUANG perenungan dan aplikasi, tetapi juga disebutkan dalam tayangan)
Lukas 16: 10
Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perakra-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Ruang Aplikasi
Setelah mereka menonton tayangan ini, ajak mereka pratek:
•    Menyapu, mencuci piring kotor, membersihkan halaman yang penuh sampah, mengelap prabotan yang berdebu, menata meja makan, dll
•    Langsung saat itu juga. (jadi guru menyiapkan piring kotor untuk beberapa group pengunjung Museum, sabun cuci piring, dll, sapu, pel, lap, dll)
Yang perlu dipersiapkan:
•    Kostum para pemeran
•    Pajangan di setiap ruangan
•    Barang-barang di setiap ruangan
•    Mobil di showroom
•    Alat-alat di ruang aplikasi
•    Bingkai ayat hafalan
•    Mini buku biography Martha Berry
•    Peta tanah yang disumbangkan Martha Berry
•    Photo sekolah itu dimasa kini
•    Photo Keluarga Martha Berry
•    Uang receh
•    Uang kertas
•    Kayu setumpuk
•    Batu-bata, semen dan sekop
•    Meja kursi, dll
•    Rekaman yang akan ditayangkan di ruang Perenungan
•    Benih
•    Dll sesuai dengan pengembangan kreatifitas anda

 

zwani.com myspace graphic comments

Tinggalkan komentar