64. PELANDUK BANGSA YANG LEMAH


BACAAN UNTUK GURU

 “pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu”

 Amsal 30: 26

Pelanduk atau Kancil sangat populer ditelinga bangsa Indonesia. Berbagai kisah fabel tentang kecerdikan Kancil begitu populer dan tertanam sejak kita kecil. Pun berbagai pepatah dan peribahasa tidak sedikit yang mempergunakan kata “Pelanduk” dan “Kancil”. Siapa yang menyangka jika kepopuleran Pelanduk dan Kancil ternyata berbalik dengan pengetahuan tentang mamalia kecil ini yang dalam status konservasi IUCN Redlist dikategorikan sebagai Data Deficient atau “Informasi Kurang”.

Kancil atau Pelanduk merupakan spesies sebangsa Rusa dari genus Tragulus yang memiliki tubuh kecil. Sedikitnya terdapat 6 spesies Kancil atau Pelanduk yang terdapat di Asia Tenggara. Yang sering dijumpai di Indonesia adalah Tragulus javanicus, Tragulus napu dan Tragulus kanchil.

Gambar Kancil atau Pelanduk (Tragulus javanicus)

Pelanduk atau Kancil (Tragulus javanicus) dalam bahasa Inggris disebut Javan Chevrotain, Java Mousedeer, Javan Mousedeer, Kanchil, danLesser Mouse Deer. Sedang dalam bahasa Belanda biasa disebut Kleine Kantjil.

Ciri-ciri dan Habitat Pelanduk. Kancil atau Pelanduk (Tragulus javanicus) mempunyai ukuran tubuh yang kecil seukuran dengan kelinci. Panjang tubuhnya sekitar 20-25 cm. Tubuh bagian atas Kancil atau Pelanduk berwarna coklat kemerahan, sedangkan tengkuk bagian tengah biasanya lebih gelap daripada bagian tubuh lainnya. Bagian bawah berwarna putih dengan batas sedikit kecoklatan di tengah, tanda khusus di kerogkongan dan dada bagian atas berwarna coklat tua.

Raut muka Kancil atau Pelanduk (Tragulus javanicus) berwarna putih, terlihat seperti sebuah garis dari dagu sampai dada. Kancil jantan tidak mempunyai tanduk tetapi mempunyai gigi taring yang yang memanjang keluar dari mulutnya.

Kancil atau Pelanduk merupakan binatang herbivora yang menyukai rumput, daun-daunan yang berair, kecambah, buah-buahan yang jatuh di tanah, kulit pisang, papaya, ubi, dan ketela. Binatang ini mempunyai masa mengandung selama 137-155 hari dan akan menyusui bayinya hingga berusia antara 60-70 hari.

Habitat Pelanduk atau Kancil (Tragulus javanicus) di hutan primer dan sekunder yang cukup lebat atau tanah kering di dataran rendah atau kaki bukit tidak jauh dari sungai dengan vegetasi lebat. Di Indonesia Kancil dapat ditemukan di Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Selain itu Pelanduk dapat dijumpai pula di Malaysia.

Populasi dan Konservasi. Populasi Kancil atau Pelanduk (Tragulus javanicus) hingga kini tidak dketahui dengan pasti. Baik oelh pemerintah Indonesia maupun oleh organisasi konservasi lingkungan hidup lainnya. Karena itu IUCN Redlist memasukkannya dalam status konservasi “Data Deficient” (DD; Informasi Kurang) yang berarti selama lima tahun terakhir belum diadakan evaluasi atau penelitian ulang.

Kancil bersama semua anggota genus Tragulus merupakan satwa yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999.

Spesies Lainnya. Sedikitnya terdapat 6 spesies Kancil atau Pelanduk yang tergabung dalam genus Tragulus. Keenam spesies tersebut yaitu:

  • Tragulus javanicus (Java Mouse-deer)
  • Tragulus kanchil (Lesser Mouse-deer)
  • Tragulus napu (Greater Mouse-deer)
  • Tragulus nigricans (Philippine Mouse-deer)
  • Tragulus versicolor (Vietnam Mouse-deer)
  • Tragulus williamsoni (Williamson’s Mouse-deer)

Sebuah ironi memang mengingat begitu populernya kisah fabel Kancil yang cerdik bahkan licik dan banyaknya peribahasa dan pepatah dalam budaya kita (Melayu dan Jawa) yang menggunakan kata Kancil dan Pelanduk tetapi ternyata kita kekurangan data (Data Deficient) mengenai binatang berspesies Tragulus javanicus ini.

Tapi paling tidak, masyarakat di kabupaten Natuna cukup mengenal binatang ini terutama setelah diolah menjadi “Sate Kancil”. Lho, kok?.

Klasifikasi ilmiah: Kingdom: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Artiodactyla; Famili: Tragulidae; Genus : Tragulus; Spesies : Tragulus javanicus

Referensi: IUCN Redlist. Gambar: http://www.malaysiasite.nl

Pelanduk atau kancil (nama ilmiah: Tragulus javanicus) adalah hewan menyusui (mamalia) sebangsa kijang yang kecil tubuhnya. Pelanduk adalah spesies rusa berkuku genap dari keluargaTragulidae. Pada ukuran dewasa ukurannya sama dengan kelinci. Pelanduk berhabitat di hutan hujan tropis Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pelanduk termasuk salah satu mamalia terkecil di dunia.

Hewan ini kecil dan lemah. Bayangkan jika hewan berukuran kecil ini berkeliaran bebas di hutan belantara. Pelanduk akan dengan mudah menjadi santapan hewan-hewan lain yang lebih besar darinya. Burung elang misalnya, akan dengan mudah menyambar pelanduk dan memangsanya. Begitu pula ular, dan hewan-hewan buas lainnya. Bagaimana pelanduk mampu melindungi dirinya? Ternyata pelanduk cukup bijaksana untuk membuat rumahnya di bukit batu. Pelanduk melindungi dirinya dari keganasan rimba dengan cara berlindung di balik bebatuan. Jika tidak demikian, rasanya mustahil bagi pelanduk untuk dapat bertahan hidup. Alkitab Perjanjian Lama pun menyebutkan bahwa bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk.

Bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk. (Mazmur 104:18).

Salah satu hikmat mengenai empat hewan kecil yang berasal dari Agur adalah mengenai pelanduk. Ayat ini sungguh menarik, karena menggambarkan bagaimana sebuah spesies lemah mampu bertahan hidup dengan cara membangun rumahnya di bukit batu. Tidak jauh berbeda dengan pelanduk, kita manusia pun sangat lemah. Terjangan masalah, badai problema hidup, kegoncangan dan pergumulan yang kita hadapi sehari-hari cepat atau lambat akan membuat kita menjadi lemah dan tidak berdaya. Ketika hal seperti itu terjadi, celah untuk masuknya dosa pun akan terbuka. Betapa rentan nya manusia, seperti halnya pelanduk.

Kalau begitu, kita bisa belajar dari pelanduk. Ketika pelanduk membangun rumah di bukit batu, kita pun juga sebaiknya demikian. Mari kita lihat apa yang diajarkan Yesus. “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.” (Matius 7:24-25). Itu buat orang yang mendengar dan melakukan firman Tuhan. Jika sebaliknya? Ini yang terjadi: “Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” (ay 26-27). Ketika kita menyadari bahwa sekuat-kuatnya kita manusia, kita tetaplah manusia yang lemah, hendaknya kita mau membangun hidup kita di atas “batu”. Rumah yang dibangun dengan pondasi kuat tentu tidak rubuh meski digoncang angin badai sekalipun. Sekarang mari kita fokus pada kata “batu”. Dalam Perjanjian Lama dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan bukit/gunung batu itu tidak lain adalah Tuhan sendiri. “Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?” (Mazmur 18:31). Atau lihat ayat ini: ” TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!” (Mazmur 18:2). Daud begitu menyadari bahwa gunung batu tempat perlindungan yang kuat dan teguh ada pada Tuhan sendiri. Lalu dalam Perjanjian Baru kita melihat bahwa yang dimaksud dengan batu itu adalah Kristus. “dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus. (1 Korintus 10:4).

Ingatlah bahwa sehebat-hebatnya kita, kita tetaplah manusia yang lemah dan mudah hancur. Kekuatan dan perlindungan ada pada Kristus, gunung batu kita. Mari kita semua mulai membangun hidup kita, keluarga kita, pekerjaan dan pelayanan kita di atas Gunung Batu, biarlah Kristus bertahta di atas segala sendi kehidupan kita, sehingga kita mampu tegar menghadapi persoalan apapun yang menimpa kita. Bersama Kristus, kita yang lemah akan dikuatkan. Haleluya!

Belajarlah dari pelanduk yang tahu bahwa perlindungan ada pada bukit batu

 

Pelanduk: “Self Defens”

Oleh Riwon Alfrey

Kata Agur bin Yake dari Masa, dalam Amsal 30:24-28: “Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan: semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu, belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur, cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja.”

Pelanduk: “Self Defens

“Pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu”. Pelanduk binatang kecil, lemah dan mangsa yang empuk bagi hampir semua jenis hewan karnivora. Tetapi pelanduk
diistimewakan karena ia cekatan dalam mencari tempat perlindungan. Pelanduk menyadari kelamahannya sekaligus mengetahui kekuatan sebuah bukit batu yang bisa menjamin keamanannya untuk berlindung saat dalam bahaya. Tidak ada satu binatang buas pun yang sanggup merobohkan bukit batu untuk menangkap mangsanya; termasuk memangsa pelanduk.

Pelanduk mengerti tentang pentingnya suatu perlindungan yang teguh. Pelanduk mengajarkan strategi pertahanan diri (Self Defensive). Ingin belajar strategi mempertahankan diri?

Belajarlah pada pelanduk yang lemah itu. Dalam pengertian ini, Daud, sang pahlawan itu, menganggap bahwa Allah adalah perlindungannya yang teguh.

Para ahli teologi mengalami kesulitan mengidentifikasi “pelanduk” yang disebut dalam Amsal 30:26. Banyak orang percaya binatang ini sama dengan hyrax (sejenis kelinci kecil yang biasa terdapat di Asia dan Afrika). Jika  demikian, maka Tuhan meminta kita agar memperhatikan makhluk kecil yang tidak biasa ditemui ini.

Bacaan: Mazmur 62

Nats: pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu (Amsal 30:26)

Hyrax ini kira-kira seukuran marmut tetapi tidak memiliki kekerabatan yang dekat dengan binatang lain yang telah kita kenal. Binatang ini seperti hewan pengerat dan digolongkan sebagi “Kelinci bukit batu”. Musuh-musuhnya adalah ular, rajawali, elang, macan tutul, anjing, dan binatang-binatang pemangsa kecil lain seperti musang.

Lalu bagaimana kawan kecil kita ini mempertahankan hidupnya? Jawabannya sederhana, ia membuat rumahnya dalam lubang-lubang atau celah-celah bukit batu, yang biasa terdapat di sepanjang sisi jurang yang terjal.

Kita memiliki banyak kemiripan dengan hyrax. Kita rentan terhadap banyak bahaya. Penyakit, depresi, godaan, perang, kecelakaan, dan keterasingan mengancam kita terus-menerus. Andai saja kita dapat menemukan cara untuk bertahan hidup seperti makhluk kecil ini!

Ya, kita dapat. Kita juga mempunyai “Batu Karang” untuk bersembunyi, yakni Tuhan Allah sendiri (Mazmur 62:2). Percaya kepada-Nya tidak membebaskan kita dari kesulitan-kesulitan hidup, tetapi sungguh-sungguh dapat melindungi kita.

Lemah tidak berarti buruk jika kita cukup bijak mencari perlindungan dalam Tuhan – Mart De Haan II

Anda terjepit di antara batu karang dan tempat yang keras? Carilah perlindungan dalam gunung batu yang kekal

 

UNTUK MURID

 

(Cerita Fabel/ binatang yang bisa bicara sah-sah saja, karna keledai Bileam diceritakan di Alkitab sebagai binatang yang ‘berbicara’)

 

Adik-adik, pada suatu hari…hiduplah sebuah keluarga pelanduk. Adik-adik pernah tahu binatang pelanduk? Ada juga yang menyebut Pelanduk sebagai “SI KANCIL”

(guru mengeluarkan gambar binatang pelanduk)

Pelanduk itu sejenis dengan rusa, tapi kalau rusa itu kan badannya besar, beda dengan pelanduk yang badannya kecil, besarnya sebesar kelinci. Pelanduk adalah binatang yang kecil dan lemah.

Pada suatu hari anak-anak pelanduk bermain di luar rumah. Ibu pelanduk berkata pada anak-anaknya “Anak-anak….hati-hati kalau bermain di luar…banyak binatang lain yang akan memakan kita….”

“Baik bu…., kami Cuma mau mencari rerumputan Bu….” Demikian jawab anak-anak pelanduk.

Anak-anak pelanduk pun sangat senang bermain di luar rumah…mereka bermain, berkejar-kejaran dan bermain sembunyi-sembunyian…..

“hayo…aku kejar kamu Kak…” kata si pelanduk bungsu. “Siapa takut? Aku juga akan kejar kamu…hayoooooo…”

Saat mereka sedang ashik berlari-larian….tiba-tiba ada burung elang yang terbang merendah “wuuuuuuuuuuuush wuuuuuuuuuuuuuuuush” sayabnya terdengar mengepak-ngepak…

“awaaaaaaaaaas…….” “Cepat…….lari pulang ke rumah!!” perintah sang kakak pelanduk pada adik-adiknya…

Pelanduk-pelanduk itu pun secepatnya berlari pulang ke rumah…sehingga burung elang itu pun tidak sempat menyambar mereka.

“hah hah ha h hah hah….” Si kakak beradik pelanduk itu kelelahan dan berebut masuk ke rumah mereka yang terletak di celah-celah bukit batu.

“bu…….bahaya buuuuuuu” kata sang kakak bercerita pada ibu pelanduk

“ada apa nak?” Tanya ibu pelanduk dengan rasa ingin tahu

“Ada burung elang ingin menyambar kami yang sedang ashik bermain bu, untunglah aku peringatkan adik-adik untuk segera pulang ke rumah kita.”

“hati-hati ya nak….ada banyak burung elang dan musuh-musuh kita yang lain , ingin memangsa kita….” Kata ayah pelanduk.

“kita lawan saja mereka Bu” kata si bungsu.

“kita ini binatang yang lemah nak….si elang itu dapat dengan mudah menyambar kita dan menjadikan kita makanan empuk buat mereka…” jelas induk pelanduk

“dan bukan hanya elang saja yang ingin memakan kita….” Kata ayah pelanduk ikut bicara.

“tetapi juga ular…yang bunyinya ssssst ssssssst sssssst, sekali ular menerkam kita…matilah kita….” Jelas sang kakak yang sudah lebih berpengalaman.

“ular kan mulutnya kecil…? Mana bisa memakan kita?” Tanya sang pelanduk tengah.

“bisa saja….ular yang mulutnya tampak kecil…bisa memakan kita lho…apalagi kita badannya kecil…”

“binatang apa lagi Bu yang ingin menerkam kita?” Tanya si bungsu.

“ya banyak…….burung rajawali, macan tutul dan anjing hutan…serta musang” jelas Ibu Pelanduk.

“huuuuuuuuuuu huuuuuuuuuuuuu” tangis si bungsu ketakutan. “Kenapa kamu menangis nak?” Tanya sang Ibu pelanduk

“aku takut Bu…ternyata jadi pelanduk itu ndak enak…jadi binatang yang lemah, banyak musuh yang ingin menerkam kita…..aku takut diterkam binatang lain bu…aku ndak mau jadi pelanduk lagi…..”

Mendengar tangis dan perkataan si bungsu, Ibu dan Ayah pelanduk serta sang kakak, tertawa terbahak-bahak….

“ha ha h ah a ha ha ha ha”

“lho kog pada ketawa sih…?” Tanya sang bungsu keheranan,sambil menangis terus dengan lebih keras lagi.

“Bungsu…..” kata sang Ayah pelanduk menjelaskan “ Kita tidak perlu takut terhadap semua binatang-binatang itu, Nak. Memang kita tidak punya kekuatan apa-apa….kita pelanduk adalah binatang yang lemah, namun kita tidak perlu takut…karna kita tinggal di rumah yang terbuat dari batu, yang sangat keras, semua binatang itu tidak sanggup menghancurkan rumah kita…..”

“rumah kita ini sangat kokoh, dan kita tinggal di celah-celah bukit batu…dan semua binatang itu tidak dapat menuju ke celah-celah kecil ini. Kita aman berlindung di rumah kita ini…”

“hebat kan? Makanya tadi kakak mengajak kita berlari pulang ke rumah….” Kata sang kakak menghibur si bungsu yang tadi menangis ketakutan.

“oh gitu ya …..baiklah aku tidak takut lagi sekarang, setiap ada bahaya akau akan segera pulang ke rumah kita…rumah ini tempat berlindung buat kita….”

“makanya jangan iri dengan rumah burung, yang ada di atas pohon yang sangat tinggi sekali….sarang burung mudah dirusak, tetapi rumah kita tidak ada yang bisa membongkarnya…” kata sang ayah

Horeeeeeeee horeeeeeeeeeeeeeee, begitulah cerita mengenai keluarga pelanduk.

Perenungan

 

Nah adik-adik, hidup kita juga seperti pelanduk ini, kita ini lemah sebenarnya, kita terkadang bisa capek, sakit, pusing….ayah dan ibu kita mungkin pernah tidak punya uang, mungkin juga ada bencana alam seperti banjir dan gempa bumi menerpa rumah kita, banyak ulangan di sekolah dan soal-soal matematika mungkin cukup membuat kita bingung….

Tidak perlu takut menghadapi semuanya itu adik-adik, karna Tuhan ingin kita berlindung dari semua bahaya di sebuah rumah yang ada di celah-celah bukit batu.

Bukan berarti kita harus pindah rumah ke bukit, bukan, tetapi bukit batu di sini artinya Tuhan sendiri. Tuhan ingin kita berlindung pada Tuhan saat ada bahaya datang dalam hidup kita, misalnya saat kita sakit, Tuhan ingin kita cepat-cepat datang pada Tuhan yang dapat menyembuhkan sakit penyakit kita, saat kita kesulitan dalam belajar membaca-menulis-berhitung-bahasa Inggris, dan lain-lain, datanglah pada Tuhan dalam doamu, Tuhan akan memberikanmu kepandaian. Karna Tuhan adalah bukit batu dalam hidup kita.

Ayat Mas:

“pelanduk, bangsa yang lemah,

 tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu”

Amsal 30: 26

  

“Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN,

dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?”

(Mazmur 18:31).

” TUHAN, bukit batuku,

kubu pertahananku dan penyelamatku,

Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung,

perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!”

(Mazmur 18:2).

“pelanduk, bangsa yang lemah,

 tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu”

Amsal 30: 26

 

 

Tinggalkan komentar