KOTBAH JCA 34. PERMODELAN PENCETAKAN GENERASI BARU


PERMODELAN PENCETAKAN GENERASI BARU

MENCONTOH BAGAIMANA PEMURIDAN ELIA KEPADA ELISA

MENCONTOH BAGAIMANA PEMBAPAKAN ROHANI ELIA KEPADA ELISA

 

II Raja-raja 2:1-18

Ada 4 tokoh di sini

  • Elia
  • Elisa
  • Rombongan nabi di Betel
  • Rombongan nabi di Yerikho

Semua nabi ini tahu bahwa pada hari itu juga, Tuhan hendak mengangkat Alia ke sorga dalam angin badai.

Tetapi Rombongan nabi di Betel dan di Yerikho sangat berbeda dengan Elisa, dalam hubungan mereka dengan Elia, karena Rombongan nabi di Betel dan Rombongan nabi di Yerikho bukanlah murid Elia, bukanlah anak rohani dari Elia, dan bukanlah yang menerima dua bagian dari roh Elia, bukanlah yang dapat melihat peristiwa Elia naik ke sorga.

Melainkan hanya Elisa yang adalah murid Elia, hanya Elisa yang adalah anak rohani Elia, hanya Elisa yang adalah penerima dua bagian dari roh Elia, dan hanya Elisalah yang dapat melihat peristiwa Elia naik ke sorga.

Mari kita lihat beberapa permodelan bagaimana Elia mempersiapkan Elisa sehingga di hari dia terangkat ke sorga, pencetakan dan peluncuran generasi itu terjadi.

  1. Elia dan Elisa sedang berjalan dari Gilgal.

( II Raj 2:1) Berjalan bersama, di situ terjadi interaksi, terjadi sharing, terjadi saling menjaga agar tidak saling mendahului atau belajar mengatur irama langkah bersama. Di sini tidak ada guru yang berjalan di depan mendahului muridnya, atau guru yang di belakang mengawasi jalannya muridnya di depan, melainkan mereka berjalan seiring sejalan. Ingat, ayat ini dicatat dengan keterangan waktu, sebagai peristiwa DI HARI di mana Elia diangkat ke sorga. Proses Elia memuridkan Elisa sudah finish, dan ini adalah hari terakhir bagi mereka.

Luk 6:40 Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.

 

Setiap guru harus memiliki kurikulum, sehingga ketika muridnya tamat, dia memiliki ilmu yang sama dengan gurunya. Guru harus memastikan semua ilmunya dibagikan. Tidak ada yang ditahan-tahan. Guru tidak pernah boleh takut kesaingan dengan muridnya. Guru tidak pernah boleh takut kalau muridnya bisa sama hebat atau bahkan lebih hebat dari gurunya.

 

Yoh 14:12 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya o  kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yangAku lakukan, p  bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar 1  dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;

 

Kita tidak menganut ilmu di perguruan persilatan, dari 10 jurus hanya diturunkan 9, generasi cucu murid hanya dapat 8 demikian seterusnya, sehingga pada generasi ke 11 ilmu yang diturunkan sudah habis tak berbekas.

Tetapi kita menganut kurikulum kerajaan sorga, di mana ketika Yesus pergi ke pada Bapa, kerajaan sorga semakin berkembang bukan semakin mati. Karena Yesus tidak takut kalau murid-muridNya melakukan pekerjaanNya dalam ukuran yang LEBIH BESAR.

Mengapa Elia bisa sejalan dengan Elisa? Berjalan sejalan, seiring, karena Elisa telah sampai di hari terakhir, di hari kelulusannya, di mana Elia dapat mengajaknya berjalan bersama.

Ini adalah prinsip yang penting. Spirit iri hati seperti Kain terhadap Habel, pada akhirnya akan beranjak pada spirit pembunuhan potensi orang, pembunuhan karakter orang, pembunuhan nama baik orang, dll.

Kalau seseorang pemimpin tidak merdeka dari spirit iri hati dan pembunuhan, seperti Kain kepada Habel, tidak heran pada akhirnya bukannya perkembangan yang muncul ke permukaan tapi kemunduran bahkan sampai mengalami krisis generasi/ hilang generasi.

  1. Elia di suruh Tuhan ke Betel, berangkat dari Gilgal, tetapi ketika Elisa disuruh tinggal, Elisa tidak mau. Ketika Elisa tidak mau tinggal di Gilgal, dan ngotot ingin ikut ke Betel, Elia pun tidak keberatan. Agenda Elia hari itu, Elisa ngotot itu harus menjadi agendanya juga. Apa yang akan Tuhan kerjakan pada seorang guru dan ayah rohani, si murid dan anak rohani harus memiliki hasrat yang dalam untuk mengikuti kegerakan Allah itu. Saat di mana Elia naik ke sorga Elisa ingin melihatnya, ingin ada di sana, ingin mendapat pesan terakhir, ingin mendapat tongkat estafetnya. Ketika peristiwa ini terjadi lagi di ayat 4 saat Elia akan pergi ke Yerikho, dan terulang lagi di ayat 6 saat Elia akan pergi ke Yordan, sampai menyeberangi sungai itu, di situlah kita lihat hasrat Elisa yang begitu dalam untuk selalu mengikuti kegerakan yang Tuhan kerjakan pada diri pemimpinnya. Contoh, kita tidak memiliki passion di dunia anak, tetapi ketika pemimpin kita ditaruh Tuhan hati untuk menggarap anak-anak, maka kita taruh hasrat kita untuk juga memiliki hati yang sama. Apa yang ditangkap pemimpin kita, guru kita, ayah rohani kita dari TUHAN, maka kita jangan sampai tertinggal di belakang, kita harus terus ikuti.
  2. Ada segitiga di antara Elia, Elisa dan Tuhan. Tuhan, guru dan murid. Tuhan, ayah rohani dan anak rohani. Tuhan, engkau dan aku. Selalu dalam segitiga itu, Tuhan diletakkan sebagai yang utama dan pertama. Ayat 2 “ Demi Tuhan yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau.” Dapatkah kita melihat segitiga ini? Kalimat kembar ini akan terulang lagi di ayat 4, ayat 6. Tiga kali Elisa memperkatakan segitiga ini. Sebuah tongkat estafet dari generasi yang satu kepada generasi yang lain, tidak akan pernah berhasil, tanpa menghadirkan TUHAN di dalamnya. Bukan itu saja, tetapi kehadiranNya sebagai yang utama. Tuhanlah sumber dari setiap generasi untuk berjalan, Tuhanlah inspirasi untuk setiap generasi menemukan ketajaman di generasinya sendiri. Tanpa Tuhan, hubungan Elia kepada Elisa tidak akan menemukan benang merah yang mengubungkan satu sama lain, ketika nanti Elia telah naik ke sorga. Tetapi karena ada Tuhan di antara mereka, maka Tuhan yang sama yang akan membuat VISI Tuhan dapat dilanjutkan dari generasi yang satu kepada generasi yang berikutnya.
  3. Rombongan Nabi di Betel dan di Yerikho itu sama saja , mereka mempertanyakan kepada Elisa, apakah dia sudah tahu bahwa hari itu Elia akan diambil oleh Tuhan terangkat ke sorga. Maka reaksi Elisa adalah “Aku juga tahu, diamlah!” Dua kali ditanya, jawabnya sama saja. Elisa tidak mau larut dalam kesedihan secara emosi, lalu menangis dan meraung. Elisa juga tidak  mau larut dalam pencegahan, menawar pada Tuhan, seandainya peristiwa itu bisa dibatalkan atau di tunda saja, dia masih butuh tuannya Elia. Melainkan Elisa secara dewasa bisa menghadapi semuanya itu justru dengan pemikiran konsentrasi yang tinggi, bagaimana caranya agar kepergian Elia ke sorga, tidak akan membuat pekerjaan Tuhan tergoncangkan, maka satu-satunya cara adalah dia harus mendapatkan dua bagian dari roh Elia, untuk dia dapat melanjutkan Visi Tuhan di atas muka bumi ini, maka keikut sertaannya sebagai abdi Elia selama ini tidak akan menjadi sia –sia. Dia tidak ingin obrolan yang tidak perlu, melainkan dia tidak ingin kehilangan kesempatan sedikitpun saat mana tuannya diangkat ke sorga. Obrolan yang tidak perlu akan memecah konsentrasi. Pemuridan membutuhkan konsentrasi tinggi, kesengajaan, vocus pada pencetakan generasi, pencurahan waktu, perhatian, tenaga, uang mungkin juga ikut terlibat, energi, prifacy, keterlibatan seluruh unsur kehidupan menjadi satu akumulasi hal-hal yang tercurah semuanya untuk mencetak generasi baru. Yesus selama di dunia tidak mencetak ratusan murid, cukup 12 saja tetapi dalam sebuah konsentrasi yang tinggi.
  4. Ketika Elisa bertemu rombongan nabi di Betel. Dia tidak ingin tinggal di sana, walaupun ada banyak nabi di sana, karena ayah rohaninya hanyalah Elia semata.

Ketika Elisa bertemu rombongan nabi di Yerikho, dia juga tidak ingin tinggal di sana, walaupun ada banyak nabi di sana, karena ayah rohaninya hanyalah Elia semata. Hubungan ayah dan anak rohani tidak bisa semudah itu serta merta diadopsikan pengalihannya pada orang lain, melainkan secara spesifik telah diatur oleh TUHAN, dalam kemahatahuan Tuhan.

  1. Rombongan nabi di Yerikho ikut berjalan, tetapi mereka berhenti mengikuti ketika dihadang oleh sungai Yordan. Mereka hanya melihat dari jauh. ( ayat 7) . Pemuridan tidak bisa hanya karena memandang dari jauh. Contoh, saya sering menonton Pastor Gilbert di TV, sering mendengar di radio, tetapi tanpa saya dimuridkan secara langsung oleh beliau, saya tidak dapat berstatus sebagai anak rohaninya, atau muridnya. Penonton dari jauh, tidak akan melihat langsung sensasi saat sungai Yordan itu terbelah, tidak akan melihat langsung bagaimana Elia terangkat, dan tidak akan melihat langsung bagaimana perjalanan pulang dengan sungai yang sama terbelah lagi di rute pulang itu. Oleh karena itu, para pemimpin tidak bisa puas karena telah menggelar ratusan seminar dengan sekian ribu peserta, atau KKR dengan ribuan pengunjung, tetapi harus secara nyata memiliki murid untuk dia berbagi kehidupan dari DEKAT/ KESEHARIAN.
  2. Bisa saja yang dituju oleh Elisa adalah bagaimana caranya mendapatkan dua bagian dari roh Elia, tetapi lihatlah bahwa konsentrasi Elisa bukan pada tujuan akhir ini, melainkan dia selalu menempel pada pemimpinnya, pada gurunya, pada ayah rohaninya secara HUBUNGAN. Ini bukan tentang seorang NABI kepada NABI yang lain, tetapi tentang seorang pribadi Elia kepada pribadi Elisa. Perhatikan, bahwa nama Elia dan Elisa tidak diberi embel-embel NABI pada penyebutan nama mereka, padahal nabi nabi yang di Betel dan di Yerikho diberi keterangan bahwa mereka itu NABI. Tidak semua nabi punya hubungan spesial dengan Elia, melainkan hanya Elisa seorang diri. Walaupun impartasi itu pasti akan terjadi, tetapi jalurnya adalah lewat HUBUNGAN. Saat mana dia menjadi pelayan Elia, saat mana dia tidak mau meninggalkan Elia, saat mana mereka berjalan bersama, saat mana dia ingin berada di tempat yang sama saat Elia naik ke sorga, itulah yang dikejar oleh Elisa. Maka otomatis syarat yang sangat sulit ( yaitu bila dia bisa melihat peristiwa naiknya Elia ke sorga), syarat itu dapat diluluskan oleh Elisa, dia bisa melihat Elia naik ke sorga, karena ada sebuah HUBUNGAN di antara mereka. Kedekatan, di mana Elisa selama ini sudah menyerap kehidupan Elia selama dia memutuskan untuk ikut ke mana pun Elia pergi.  Itu proses panjang. Sedangkan peristiwa dua bagian roh Elia hinggap pada Elisa itu hanyalah di garis finsih saja daripada lari maraton yang panjang. Mengejar hubungan jauh lebih penting dari impartasi apa pun juga, karena ketika jembatan hubungan itu terjadi, maka impartasi itu hanya lewat saja melalui jembatan itu. Hubungan memungkinkan kita dapat menyerap cara berpikir, konsep iman, perbuatan, karakter, gaya hidup, dll, yang mana saat mana impartasi itu terjadi, kita sudah siap menampungnya, gaya hidup kita sudah siap sebagai wadahnya. Tanpa hubungan, impartasi tidak akan dapat bertahan lama , karena gaya hidup yang berpadanan belum siap.
  3. Elia berkata “Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu.” Ini seperti wasiat terakhir. Bedanya orang memberi wasiat sebelum mati, tetapi Elia memberi wasiat tanpa harus mengalami kematian. Elia tidak bisa menawarkan ini kepada nabi nabi di Betel atau yang di Yerikho, karena mereka di tempat jauh, belum tentu juga dia yakin bahwa mereka bisa bertanggung jawab atas permintaan mereka.Tetapi Elia tahu betul siapa Elisa. Pertanyaan ini hanya ada di tempat persinggahan terakhir, tidak terjadi di Gilgal, Betel, Yerikho, melainkan hanya terjadi penawaran ini di seberang sungai Yordan, hanya orang yang ikut menyeberang yang mendapat penawaran spesial ini. Kedekatan pada pemimpin, pada ayah rohani, pada guru, sampai titik terakhir menunjukkan suatu loyalitas, suatu masa yang panjang, long life, suatu perjalanan sampai finish. Seorang guru atau pemimpin harus memposisikan dirinya memberi teladan sampai garis akhir, ini bukan masalah sekolah sampai 3 atau 4 tahun, atau menghabiskan buku panduan saja, tetapi harus siap sampai akhir hayat terus menjadi teladan, terus memberikan hidupnya sebagai suatu surat terbuka.
  4. Permintaan Elisa menunjukkan bahwa Elisa mengerjar perkara surgawi dari pemimpinnya, dari ayah rohaninya, dari mentornya. Dia tidak mengatakan “Bagaimana kalau tanahmu yang 5 hektar itu untuk aku saja.” Dia bukan type pengejar harta seperti Gehazi, sampai kena kusta.
  5. Teriakan Elisa “ Bapaku, bapaku!” Menunjukkan seberapa kental pembapakan Elia kepada Elisa. Oleh karena itu sebutan Bapak dan Ibu jauh lebih alkitabiah daripada sebutan Om atau Tante. Sama seperti Rasul Paulus menempatkan diri sebagai ayah rohani dan ibu rohani bagi orang-orang yang dia layani ( I Tes 2: 8-12) Di hari terkahir hidup daripada seorang pemimpin, beberapa tingkat hubungannya dia dengan banyak orang, harus lebih kental disebut sebagai “Aku kehilangan sesosok ayah.” Daripada sosok-sosok lain seperti pengkotbah, pemimpin, sahabat, dll. Pembapakan itu harus jalan, dan lebih menonjol. Pembapakan adalah persis seorang ayah pada anak anaknya. Bukan seperti seorang boss pada karyawannya, atau seorang guru pada muridnya.
  6. Peristiwa itu benar benar terjadi, Elia diangkat ke sorga. Tetapi ada jubah Elia yang terjatuh atau bisa saja sengaja dijatuhkan oleh Elia kepadanya. Sebagai ayah rohani, kita harus secara sengaja menjatuhkan jubah kita tanpa ragu-ragu. Ada Elia junior di bawah sana, yang akan mengambil jubah itu. Jubah bicara identitas, bicara otoritas, bicara urapan, bicara ciri khas, bicara gaya hidup, bicara segalanya. Tidak semua orang bisa menyerap, jadi kita harus mempertontonkan dengan sengaja sesuatu yang bukan topeng, tetapi merupakan pembentukan Tuhan atas hidup kita, pada orang-orang yang kita muridkan, kepada anak anak rohani kita.
  7. Gaya Elia dan Elisa tetap beda, karena mereka dua pribadi yang memiliki keunikan masing-masing. Contoh, saat menyeberang sungai, Elia mengambil jubahnya, menggulungnya, dipukulkannya ke atas air itu. ( tidak berkata-kata apa –apa- tetapi lebih ke ke menggulung jubah itu- Mungkin Elia orang yang tidak terlalu banyak bicara, tetapi lebih tenang) melainkan Elisa dikatakan ‘…dipukulkannya ke atas air itu sambil berseru: “DI manakah Tuhan, Allah Elia?” BER-SE-RU…waaauuuu orangnya rame ini. Heboh. Di sini kita lihat, pemuridan tidak sama dengan mencetak orang harus sama persis seperti kita. Pembapakan tidak mencetak anak rohani sama persis seperti kita, tetapi mereka tetap akan bergerak dalam keunikan masing-masing, tetapi hasrat, visi nya sama, passion dan prioritasnya sama.
  8. Di manakah Tuhan, Allah Elia? Waauuu…ternyata Elia tidak pernah salah mengarahkan Elisa kepada dirinya, terbukti Elisa tidak berteriak “Di manakah Elia..??” Elia Elia..!!” Sama sekali tidak kan? Melainkan hati Elisa tetap tertuju kepada Allahnya Elia, dan tadi itu sungai ini terbelah karena Tuhannya Elia, bukan karena Elia ataupun jubahnya. Ada banyak pengkultusan individu itu mengarah kepada kesesatan karena salah sasaran, mana kala Tuhan berkarya secara luar biasa, kekaguman itu ditujukan pada si manusianya, bukan kepada Tuhan. Guru dan ayah rohani yang membuat murid dan anak rohaninya mengagumi dirinya, telah SALAH SASARAN, mestinya mengarahkan mereka untuk mengagumi TUHAN, yang berkarya melalui mereka yang hanya sebagai alat-Nya saja. Ini akan terlihat setelah pemimpin meninggal dunia, kalau semua barangnya dijadikan jimat, itu sudah salah sasaran. Mendewakan manusia, adalah berhala modern dalam bentuk bukan patung. Sebagai murid dan anak rohani, kita juga jangan salah lihat, tetapi terus melihat bagaimana perbuatan TUHAN dalam diri pemimpin, ayah rohani dan guru kita, jangan salah sasaran dengan melihat mereka dengan pandangan heran, seoalah olah mereka adalah manusia setengah dewa. Itu adalah sesat.
  9. Rombongan nabi di Yerikho ngotot ingin cari jenazah Elia, mengapa mereka ngotot? Karena mereka tidak melihat sendiri bagaimana Elia naik ke sorga. Hanya pemuridan dan pembapakan rohani yang membuat generasi berikut dapat melanjutkan tongkat estafet yang daripada Tuhan. Mengapa kita takut mati dan kegerakan terhenti? Itu tidak perlu. Kegerakan adalah milik Tuhan, bukan milik kita pribadi. Tanamkan nilai nilai kerajaan sorga melalui pemuridan selagi kita masih hidup.

Tulisan yang lengkap dapat dibaca di :

http://www.berbagirhema.wordpress.com

 

Tinggalkan komentar