MINGGU XX. MENGATASI SINDROME BABY BLUES


MENGATASI

SYNDROME BABY BLUES

Tanpa saya duga, saya diijinkan Tuhan mengalami syndrome baby blues selama lebih kurang empat hari, dimulai saat saya pulang dari rumah sakit.

Apa itu syndrome baby blues?

saya copykan dari sebuah situs untuk anda..sebelum anda baca kesaksian saya

————-

Abi pusing tujuh keliling dengan perubahan sikap istrinya, Ummi, setelah kelahiran putra kedua mereka. Sikap Ummi yang dulu penyabar menghadapi anak, menjadi mudah marah dan gampang tersinggung. Bahkan Abi sering menghadapi sang Istri menangis dan tidak bisa tidur di malam hari. Tentu saja semua ini membuat keluarga kecil yang biasanya ceria menjadi muram.
Apa yang dialami Ummi adalah suatu kondisi umum yang dialami oleh ibu melahirkan dan hampir mengenai 50% ibu baru. Seringkali perasaan gembira karena hadirnya seorang anak juga disertai dengan perasaan sedih, cemas, dan kaget silih berganti, sehingga menimbulkan kelelahan secara psikis bagi sang ibu. Gejala tersebut dikenal dengan baby blues syndrome atau stress pasca persalinan, yaitu salah satu bentuk depresi yang sangat ringan yang biasanya terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan dan cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau keempat pasca persalinan.

Penyebab Baby Blues Syndrome
Beberapa hal yang disebutkan sebagai penyebab terjadinya baby blues syndrome, diantaranya:

  1. Perubahan hormonal. Pasca melahirkan terjadi penurunan kadar estrogen dan progesterone yang drastis, dan juga disertai penurunan kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan mudah lelah, penurunan mood, dan perasaan tertekan.
  2. Fisik. Hadirnya si kecil dalam keluarga menyebabkan pula perubahan ritme kehidupan sosial dalam keluarga, terutama ibu. Mengasuh si kecil sepanjang siang dan malam sangat menguras energi ibu, menyebabkan berkurangnya waktu istirahat, sehingga terjadi penurunan ketahanan dalam menghadapi masalah.
  3. Psikis. Kecemasan terhadap berbagai hal, seperti ketidakmampuan dalam mengurus si kecil, ketidak mampuan mengatasi dalam berbagai permasalahan, rasa tidak percaya diri karena perubahan bentuk tubuh dari sebelum hamil serta kurangnya perhatian keluarga terutama suami ikut mempengaruhi terjadinya depresi.
  4. Sosial. Perubahan gaya hidup dengan peran sebagai ibu baru butuh adaptasi. Rasa keterikatan yang sangat pada si kecil dan rasa dijauhi oleh lingkungan juga berperan dalam depresi.

Gejala
Gejala biasanya bervariasi dari derajat ringan hingga berat. Adapun gejala yang biasanya muncul antara lain:

  1. Perasaan cemas yang berlebihan, sedih, murung, dan sering menangis.
  2. Seringkali merasa kelelahan dan sakit kepala.
  3. Perasaan ketidakmampuan, misalnya dalam mengurus si kecil.

Seringkali  ibu yang pada awalnya mengalami baby blues syndrome kemudian berkembang menjadi lebih lama dan lebih berat intensitasnya. Apabila gejala yang terjadi telah mengganggu dalam melaksanakan tugas sehari-hari maka termasuk dalam kategori depresi pasca melahirkan, biasanya lebih sering terjadi pada wanita dengan riwayat depresi sebelumnya. Depresi pasca melahirkan disertai dengan tanda-tanda:

  1. Kelelahan yang berkepanjangan, susah tidur, dan insomnia.
  2. Hilangnya perasaan bahagia dan minat untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan.
  3. Tidak memperhatikan diri sendiri dan menarik diri dari keluarga dan teman.
  4. Tidak memperhatikan atau bahkan perhatian yang berlebihan pada si kecil.
  5. Perasaan takut telah menyakiti si kecil.
  6. Tidak tertarik pada seks.
  7. Perasaan berubah-ubah dengan ekstrim, terganggu proses berpikir dan konsentrasi.
———————————————

Saya membagikan pengalaman saya berupa tulisan narasi di bawah ini untuk saudara.

Saya berusaha melakukan terapi dengan cara:

  1. mengenali penyebab rasa sedih itu asalnya dari mana
  2. mengenali saat-saat kapan saja, kesedihan itu menyerang (saya mengalami saat sore selepas mandi)
  3. membaca Mazmur sehari 10 pasal dengan bersuara, sembari menemani si kecil meminum susu
  4. memuji Tuhan sambil mandi, dengan lagu-lagu yang menguatkan iman
  5. mensharingkan dengan sahabat seiman dan meminta dukunngan doa dari mereka
  6. menjalin komunikasi dengan suami sebanyak mungkin sebagai seorang sahabat.
  7. meminta penghiburan dari Roh Kudus dalam doa dan bahasa roh
  8. terus tinggal dalam persekutuan dengan Tuhan dalam doa teduh pribadi maupun mezbah keluarga.
semalat membaca.

Suatu sore yang dingin….semua terasa dingin, hatikupun dingin.

Luka operasi itu masih terasa perih, bayi yang baru kulahirkan itu sedang tergolek disisiku, sementara anakku yang lainnya yang  masih berumur lima belas bulan berlarian sambil menangis berusaha merebut perhatianku dari si kecil. Si sulung sedang berjuang mempersiapkan datangnya ujian nasional bagi kelulusan studynya di peringkat dasar.

Minggu depan aku harus bergegas mempersiapkan datangnya Paskah…dimana paduan suara yang kulatih mesti mendendangkan sebuah kidung di hari istimewa demi mewartakan Firman lewat sebuah alunan nada.

Aku membutuhkan pembantu yang bisa menolongku mencuci dan menyetrika semua pakaian keluarga kami yang kini bertambah jumlahnya dengan hadirnya si kecil. Bagaimana mungkin mendapatkan pembantu dalam waktu sesingkat ini?

Suamiku mengatakan aku tak mungkin lagi melatih paduan suara jika si kecil tidak ada yang menjaga sementara ia sudah harus kembali bekerja di luar kota setelah cuti seminggunya habis senin lusa.

Kakakku yang sengaja datang dari luar kota juga harus kembali ke kotanya pada hari yang sama dengan kembalinya suamiku ke tempatnya bekerja.

Tambahan lagi , karna mau ikut kehendak Tuhan, berjalan dalam kebenaran, kami harus mengalami ‘kerugian’ dalam hal keuangan.

Aku menangis. Terkadang situasinya tidak seperti yang kubayangkan.

Sampai kutemukan sebuah ayat…..”TUHAN, siapakah yang boleh menumpang dalam kemah-Mu?” ………yang berpegang pada sumpah….walaupun rugi…” (Mazmur 15: 1,4)

berkat itu ternyata bisa dalam wujud …..diperkenankan menumpang di kemah TUHAN, walaupun kami harus mengalami kerugian karna mengikuti kehendak Tuhan.

Satu persatupun benang ruwet itu terurai oleh Tangan-Nya yang ajaib.

Hari senin tiba,dan pembantu yang menyuci baju Tuhan kirimkan…..senin tiba dan pengasuh baby yang memungkinkan aku melatih koor lagi datang….senin tiba dan suami serta kakakku meninggalkan aku yang empat hari ini cengeng dan menangis terus entah kata para psikolog mungkin aku terserang syndrome baby blues….ketika senin sore tiba ….aku tidak menangis lagi. Aku tahu ada penghiburan yang luar biasa dari Roh Kudus buat segala kecengenganku ini…

Aku mencoba mememorikan kembali ucapan bahagia….

Untunglah Tuhan Yesus tidak berkata…

berbahagialah yang punya banyak uang dan dapat membeli apa saja….

Kebahagiaan dalam daftar panjang itu tidak satupun yang menyebut nama benda-benda dan materi apapun yang melekat dalam hidup seseorang.

Yang ada adalah…berbahagialah orang yang berdukacita, karna mereka akan dihibur.

Dukacita karna mau ikut kehendak Tuhan di tengah arus dunia yang jahat ini……terkadang Tuhan ijinkan kita mengalami kerugian….pada saat justru kita berjalan dalam kebenaran. Kedengarannya aneh….tidak seperti teori teori yang sering kita dengar dari mimbar-mimbar. Hidup dalam kebenaran identik dengan ‘berkat’, dan ‘berkat’ identik dengan sumber sumber keuangan serta pundi-pundi yang terus melimpah.

Mimbar Alkitab berkata lain

Daniel dimasukkan gua singa justru karna ia rajin berdoa, Yusuf dimasukkan ke penjara justru karna ia menolak untuk berzinah..sadrakh mesakh dan abednego masuk ke dapur api justru karna memilih menyembah Allah yang hidup apapun yang terjadi. Daud dikejar-kejar Saul tanpa alasan yang masuk akal.

Tetapi semua kerugiaan itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan damai sejahtra karna mau ikut kehendak Tuhan yang sempurna. Damai sejahtera yang melampaui segala akal.

Seorang dokter yang memegang sumpah jabatannya , dan tidak mau menerima hujan uang dari hasil aborsi yang ilegal, tentu tidak sekaya dokter yang melakukan hal itu.  Si dokter kaya mungkin akan berkata pada si dokter yang lurus-lurus saja itu ;  “Rugi kamu…..”

tetapi di hadapan Tuhan, hanya dokter yang memegang sumpah walaupun rugi itulah yang boleh datang ke kemah-Nya, tetapi kepada dokter yang kaya di bumi itu, Tuhan berkata ; “sorry ya ….aku ngak kenal kamu Dok!”

Kesimpulan dari semuanya adalah…..

Tuhan di sorga tersenyum, Dia tahu bahwa api itu takkan menghanguskan mereka bertiga, singa-singa  itu takkan menerkam anak kesayangan-Nya, penjara itu justru membawa Yusuf melangkah ke istana, karna perkenalan dengan juru roti dan juru minuman raja, bukanlah terjadi di rumah tuan Potifar itu.

Selama Tuhan tersenyum pada kita…..perkenan-Nya itulah yang memampukan kita terus melangkah pasti dalam lindungan sayab-Nya.

Sekalipun ladang tak menghasilkan ….Tuhan menjadi bagianku dan kekuatanku. (Habakuk 3: 17-19)

lihat…kini aku dapat tersenyum

by by sindrome baby blues….

Tinggalkan komentar