MINGGU XXIX MENDAPATKAN HATI BAPA


MINGGU XXIX

MENDAPATKAN HATI BAPA

Disusun dengan anugrah Tuhan oleh Grace Sumilat

http://www.jeniuscaraalkitab.com

Sebagai calon orang tua, untuk janin yang kelak akan lahir ini, kita perlu memiliki HATI BAPA, tidak perduli apakah kita ini ibu ( perempuan) atau ayah ( laki-laki)

Hati Bapa bukan soal gender laki-laki atau perempuan, tetapi Hati Bapa berbicara tentang KARAKTER BAPA.

Di dalam Malelakhi 4: 5-6 ditulis demikian; Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.

Kata ‘bapa-bapa’ digunakan kata ‘ab’ yang mengandung arti juga, ‘KELUARGA’

Jadi ayat ini tidak semata-mata berbicara tentang HATI BAPA, tetapi juga HATI ORANG TUA.

 

Terjemahan LEB menulis sbb:

He will change parents’ attitudes toward their children and children’s attitudes toward their parents. IF not, I will come and reclaim my land by dstroying you.

 

Demikian juga pada terjemahan terjemahan lainnya sbb: digunakan kata parents

NRSV ©

bibleoremus Mal 4:6

He will turn the hearts of parents to their children and the hearts of children to their parents, so that I will not come and strike the land with a curse.
REB He will reconcile parents to their children and children to their parents, lest I come and put the land under a ban to destroy it.
NKJV ©

biblegateway Mal 4:6

And he will turn The hearts of the fathers to the children, And the hearts of the children to their fathers, Lest I come and strike the earth with a curse.”
KJV And he shall turn the heart of the fathers to the children, and the heart of the children to their fathers, lest I come and smite the earth with a curse.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

NLT ©

biblegateway Mal 4:6

His preaching will turn the hearts of parents to their children, and the hearts of children to their parents. Otherwise I will come and strike the land with a curse.”
AMP And he shall turn {and} reconcile the hearts of the [estranged] fathers to the [ungodly] children, and the hearts of the [rebellious] children to [the piety of] their fathers [a reconciliation produced by repentance of the ungodly], lest I come and smite the land with a curse {and} a ban of utter destruction.
 
GNB He will bring fathers and children together again; otherwise I would have to come and destroy your country.”
ERV Elijah will help the parents become close to their children, and he will help the children become close to their parents. This must happen, or I will come and completely destroy your country.”
BBE ©

 

SABDAweb Mal 4:6

And by him the hearts of fathers will be turned to their children, and the hearts of children to their fathers; for fear that I may come and put the earth under a curse.
MSG ©

 

biblegateway Mal 4:6

He will convince parents to look after their children and children to look up to their parents. If they refuse, I’ll come and put the land under a curse.”
GWV He will change parents’ attitudes toward their children and children’s attitudes toward their parents. If not, I will come and reclaim my land by destroying you.”
CEV He will lead children and parents to love each other more, so that when I come, I won’t bring doom to the land.
CEVUK He will lead children and parents to love each other more, so that when I come, I won’t bring doom to the land.

 

 

ORANG TUA tidak akan memiliki hati Bapa bila dia juga tidak pernah mengalami HATI BAPA dalam hidupnya.

Seperti apakah HATI BAPA itu??

 

BAPA SURGAWI

BAPA SURGAWI YANG MENCIPTAKAN AKU

  1. Allah adalah Bapaku

( Yohanes 8:42)

  1. Sebelum Bapaku membentuk aku dari rahim ibuku,

Bapaku telah mengenal aku.

( Yeremia 1:5)

  1. Bapaku menjadikan aku secara dahsyat dan ajaib.

( Mazmur 139:14)

  1. Bapaku menciptakan aku seturut gambar dan rupa-Nya.

( Kejadian 1: 26)

  1. Bapaku yang menenun aku dalam kandungan ibuku.

( Mazmur 139:13)

  1. Mata Bapaku melihat aku

pada saat aku di dalam kandungan ibuku.

( Mazmur 139:16)

  1. Bapaku menopang aku

waktu aku ada dalam kandungan ibuku.

( Mazmur 71:6)

  1. Bapaku telah menyebut namaku

sejak aku di dalam perut ibuku.

(Yesaya 49:1)

  1. Bapaku yang telah mengeluarkan aku dari perut ibuku

di hari kelahiranku.

( Mazmur 71:6)

  1. Bapaku menuliskan hari-hariku dalam kitab-Nya,

bahkan sebelum aku lahir sebagai seorang bayi.

( Mazmur 139:16)

  1. Bapaku telah menentukan di mana saja aku tinggal.

( Kisah Para Rasul 17: 26)

  1. Di dalam Bapa, aku hidup, aku bergerak, aku ada,

sebab aku adalah keturunan Bapaku.

( Kisah Para Rasul 17:28)

  1. Bapaku adalah kawanku sejak aku kecil!

( Yeremia 3:4)

 

BAPA SURGAWI  MENGENAL, MEMIKIRKAN DAN MEMPERHATIKAN AKU

  1. Bapaku di sorga adalah sempurna.

( Matius 5:48)

  1. Bapaku di sorga lebih baik daripada bapakku di dunia.

(Matius 7:11)

  1. Bapaku memikirkan aku.

( Mazmur 139: 17-18)

  1. Pikiran Bapaku tentang aku

lebih banyak daripada pasir di tepi laut.

( Mazmur 139:18)

  1. Bapaku mengenal aku.

( Mazmur 139:1)

  1. Bapaku mengetahui semua yang kulakukan,

kalau aku duduk atau berdiri, kalau aku berjalan atau berbaring.

( Mazmur 139:2)

  1. Bapaku mengerti apa yang kupikirkan.

( Mazmur 139:2)

  1. Bapaku mengetahui apa yang akan kukatakan,

sebelum perkataan itu kukeluarkan.

( Mazmur 139:4)

  1. Bapaku tahu jumlah rambut di kepalaku.

( Matius 10:30)

  1. Bapaku mengetahui

rancangan-rancangan apa yang ada pada-Nya mengenai aku,

yaitu rancangan damai sejahtera

dan bukan rancangan kecelakaan,

untuk memberikan kepadaku hari depan yang penuh harapan.

( Yeremia 29:11)

  1. Bapaku menuntun aku di jalan yang kekal

ketika jalanku serong.

( Mazmur 139:23-24)

BAPA SURGAWI MENGASIHI DAN MENYAYANGI AKU

  1. Bapaku adalah kasih.

( I Yohanes 4: 16)

  1. Bapaku mengasihi aku dengan kasih yang kekal.

( Yeremia 31:3)

  1. Bapaku penuh belas kasihan.

( II Korintus 1: 3)

  1. Bapaku di sorga sayang kepadaku.

( Mazmur 103:13)

  1. Bapaku mengasihi aku seperti Ia mengasihi Yesus, Putra-Nya.

( Yohanes 17:26)

  1. Bapaku telah mengasihi aku, dan telah mengutus Yesus, Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosaku.

( I Yohanes 4:10)

  1. Bapaku memberiku kuasa untuk menjadi anak-Nya,

ketika aku percaya kepadaNya dalam nama Yesus.

( Yohanes 1: 12)

  1. Bapaku mengaruniakan kasih yang besar kepadaku,

sehingga aku disebut anak-Nya.

( I Yohanes 3:1)

  1. Bapaku adalah milikku ketika aku mengakui Yesus.

(I Yohanes 2:23)

  1. Bapaku tidak memperhitungkan pelanggaranku,

melalui karya salib Kristus.

( II Korintus 5:19)

  1. Bapaku menyerahkan Yesus, Anak-Nya sendiri bagiku,

bagaimanakah mungkin

Bapaku tidak mengaruniakan segala sesuatu kepadaku

bersama-sama dengan Yesus?

( Roma 8:32)

  1. Kasih Bapaku tidak dapat terpisahkan dariku,

baik oleh maut, maupun hidup,

baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah,

baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,

atau kuasa-kuasa , baik yang di atas, maupun yang ada di bawah,

ataupun sesuatu makhluk lain.

( Roma 8: 38-39)

  1. Bapaku membaharui aku dalam kasih-Nya.

( Zefanya 3:17)

  1. Bapaku menjadikan aku harta kesayangan-Nya sendiri,

jika aku taat kepadaNya.

( Keluaran 19:5)

  1. Bapaku menjawab aku dan memberitahukan kepadaku

hal-hal besar yang tidak terpahami ,

yakni hal-hal yang tidak kuketahui,

ketika aku berseru kepada-Nya.

( Yeremia 33:3)

  1. Bapaku bergirang karena aku dengan sukacita,

Dia bersorak-sorai karena aku dengan sorak-sorai.

( Zefanya 3:17)

  1. Bapaku ada di pihakku, siapakah yang akan melawan aku?

( Roma 8:31)

 

BAPA SURGAWI MENYEDIAKAN KEBUTUHANKU

  1. Bapaku seperti seorang gembala

 

yang menggembalakan domba-dombaNya.

(Yesaya 40:11)

  1. Bapaku berbuat baik kepadaku.

( Yeremia 32:40)

  1. Bapaku mendengar seruan doaku.

(Yeremia 29:12)

  1. Bapaku yang di sorga adalah murah hati.

( Lukas 6:36)

  1. Bapaku yang di sorga tahu memberi

pemberian yang baik kepadaku,

karena aku adalah anak-Nya.

( Matius 7:11)

  1. Setiap pemberian yang baik

dan setiap anugerah yang sempurna

datangnya dari Bapaku.

( Yakobus 1:17)

  1. Bapaku yang di sorga tahu

bahwa aku memerlukan makanan, minuman, dan juga pakaian.

(Matius 6:31-33)

  1. Bapaku memelihara hidupku,

karena aku jauh melebihi burung-burung di udara

yang juga dipelihara oleh-Nya.

(Matius 6:26)

  1. Bapaku memberikan apa yang diinginkan hatiku,

karena aku bergembira karena Dia.

( Mazmur 37:4)

 

BAPA SURGAWI ADALAH PAHLAWAN DAN SAHABATKU

  1. Bapaku ada di dekatku,

Dia menjadi pahlawanku yang memberi kemenangan kepadaku.

( Zefanya 3:17)

  1. Bapaku melindungi aku,

karena aku lebih berharga

dari pada banyak burung pipit yang juga dilindungi-Nya.

( Matius 10:29-31)

  1. Bapaku, menghibur aku.

( II Tesalonika 2:16-17)

  1. Bapaku menghibur aku, ketika aku menderita.

( II Korintus 1:3-4)

  1. Bapaku memberi pengharapan yang baik kepadaku.

( II Tesalonika 2:16-17)

  1. Bapaku menguatkan hatiku.

( II Tesalonika 2:16-17)

  1. Bapaku dekat kepadaku ketika aku patah hati.

( Mazmur 34:19)

  1. Bapaku menyelamatkan aku ketika jiwaku remuk.

( Mazmur 34:19)

  1. Bapaku menghapus segala air mataku.

( Wahyu 21: 4)

  1. Bapakulah yang mengerjakan di dalamku

baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya .

( Filipi 2: 13)

  1. Bapaku dapat melakukan jauh lebih banyak

dari pada yang aku doakan atau pikirkan,

seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam aku.

( Efesus 3:20)

  1. Bapaku selalu ada di mana pun aku berada.

( Mazmur 139:7)

  1. Bapaku ada di kediaman-Nya yang kudus,

Dia adalah Bapa bagi anak yatim.

Bapaku memberi tempat tinggal

kepada orang-orang yang sebatang kara.

(Mazmur 68:6-7)

  1. Sekalipuku meninggalkan aku,

namun Bapa menyambut aku.

(Mazmur 27:10)

 

 

 

 

Melalui pelajaran ini, tiap orang tua diharapakan dapat:

  • Agar tiap orang tua dapat mengerti siapa dan bagaimana karakter Bapa kita di surga
  • Agar tiap orang tua memiliki hubungan yang dekat dan intim dengan TUHAN
  • Agar orang tua dapat dengan mudah menyembah Tuhan karena punya gambaran Bapa yang benar
  • Agar orang tua dapat mendidik dan mengajar anak dengan pola keluarga kerajaan sorga, yaitu dengan memiliki hati Bapa.
  • Disertai dengan altar calling

 

LUKAS 15: 1-32

15:11 Yesus berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. a  15:12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. b  Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu c  di antara mereka. 15:13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh 4 . Di sana ia memboroskan harta miliknya itu d  dengan hidup berfoya-foya. 15:14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. 15:15Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. e  15:16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. 15:17 Lalu ia menyadari keadaannya 5 , katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 15:18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa f  terhadap sorga dan terhadap bapa, 15:19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. 15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh 6 , ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan 7 . Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. g  15:21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, h  aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 15:22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah i  yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya j  dan sepatu pada kakinya. 15:23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 15:24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, k  ia telah hilang 8  dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. l  15:25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. 15:26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. 15:27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. 15:28 Maka marahlah 9  m  anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.15:29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 15:30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan n  bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, o  maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. 15:31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. 15:32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. p 

 

 ABBA BAPA

Kita memiliki Bapa Surgawi yang punya sifat-sifat yang digambarkan dalam kisah Tuhan Yesus dalam kisah anak yang hilang.

  1. Ada komunikasi antara Bapa dan anak-anak-Nya ( lihat ayat 12 dan ayat 31)
    • Mengapa terkadang kita tidak bisa berkomunikasi dengan anak-anak kita? Karena terkadang kita sendiri dibesarkan dari seorang ayah yang ‘pelit berbicara’
    • Mengapa ayah kita pelit berbicara pada kita?
      1. Karena mungkin saja hidupnya terfokus pada mencari uang, sehingga dia mengekspresikan kasihnya kepada anak-anaknya dengan cara bekerja keras, untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya dan lupa bahwa anak-anak juga perlu diajak bicara, diajak ngobrol, didengarkan, dll.
      2. Karena mungkin saja dia sendiri juga dibesarkan oleh kakek kita seperti itu.
  • Karena mungkin saja dia tidak pernah mengecap kasih sayang seorang ayah/ karena ayahnya pergi/ meninggal waktu dia masih kecil/ bercerai, hidup terpisah dari keluarga dll.
  1. Dan mungkin saja ayah kita bukan seorang ayah yang mengerti bagaimana menjadi ayah yang baik.
  • Ketika tidak ada komunikasi yang baik antara kita dan ayah kita, maka kita cenderung menjadi PAPA atau MAMA yang pelit berbicara pada anak-anak kita, ketika mereka:
    1. Butuh teman curhat
    2. Butuh jawaban mengapa ini begitu dan pengapa itu begini, ini apa dan itu apa, itu siapa, dan apa yang terjadi, dll
  • Butuh teman untuk menanggapi cerita-ceritanya hari itu ( yang mungkin bagi kita cerita-cerita itu tidak terlalu penting)
  1. Dll

 

  1. Prinsip keadilan. Bapa ini membagi harta kekayaan di antara mereka, bukan hanya kepada si bungsu saja. Bapa di sini sudah memberikan warisan itu sesuai bagiannya masing-masing. Secara adil.
    • Prinsip keadilan bukan berarti sama rata, sama rasa. Bukan berarti sekali membeli jaket, semua dibelikan jaket. Tetapi si anak nomor 1 jaketnya jebol, tapi si anak nomor 2 sepatunya yang jebol, dan si anak nomor 3 tasnya yang jebol. Prinsip keadilan bukan ketiga-tiganya dibelikan jaket, tas dan sepatu, tetapi tiap anak diperlakukan dengan adil. Setiap anak diperhatikan kebutuhannya, disayangi dengan sama-sama disayangi.
    • Mengapa kita tidak bisa adil kepada anak-anak kita juga terkadang karena kita juga diperlakukan tidak adil oleh orang tua kita.
    • Mengapa orang tua kita terkadang tidak adil karena:
      1. Mereka memiliki favourite sendiri, karena hobby yang sama dengan salah satu anak. Ini terjadi pada Pak Yakub, yang favourite pada Esau, karena suka makan daging hasil buruan, sementara itu Esau memang hobby berburu. ( Kej 25:28)
      2. Yusuf lebih disayangi dari saudara-saudaranya, karena Yusuf dilahirkan pada usia Yakub yang sudah tua ( Kej 37:3)
  • Dan alasan-alasan lainnya sungguh akan menjadi sangat subyektif pada setiap orang tua
  • Perlakuan yang tidak adil yang kita terima dari orang tua kita membuat kita juga tidak bisa memberikan keadilan kepada anak –anak kita.

 

  1. Memberikan keleluasaan untuk anak mengambil keputusan sendiri/ memperlakukannya sebagai orang dewasa, memperlakukannya sesuai dengan umurnya. ( ayat 13) Bapa tidak berusaha melarang / memarahi, ketika anak ini menjual seluruh bagiannya dan kemudian ia pergi ke negeri yang jauh.
  • Dalam kisah ini, anak-anak ini telah dewasa, sehingga telah berhak menerima warisan karena telah cukup umur.
  • Bapa dalam kisah ini memberi kebebasan untuk anak mengambil keputusan ( karena dalam hal ini anak ini sudah besar/ sudah dewasa) Tidak memberikan intervensi kepada anak yang sudah dewasa ini. Memberi kesempatan anak ini untuk menerima setiap konsekuensi dari keputusan-keputusan yang diambilnya. Memberi kesempatan bagi anak ini memiliki guru dalam hidupnya, yang disebut ‘pengalaman’.
  • Seorang bapa yang baik akan memperlakukan anak sesuai tingkatan umurnya; contoh:
    • Anak TK diberi uang saku Rp 5.000/ per hari
    • Anak SD diberi uang saku Rp 7.000/ per hari
    • Anak SMP diberi yang saku Rp 10.000/ per hari
    • Anak SMA diberi uang saku Rp 100.000/ per minggu
    • Mahasiswa di luar kota diberi uang saku Rp 500.000/ per minggu
    • Anak yang sudah menikah diberi rumah dan tanah warisan
  • Tetapi yang sering kita alami sebagai seorang anak adalah:
    • Tidak diberi kepercayaan dalam memilih warna baju, menentukan selera sepatu, menata kamar sendiri, dll, mengelola uang, waktu, pergaulan, memilih bidang study, memilih pasangan hidup, menentukan cita-cita, menata rumah, menentukan warna perabot atau cat rumah, dll
    • Semuanya diatur seperti anak kecil.
    • Atau sebaliknya sejak kecil sudah dipaksa dewasa, dipaksa mandiri, disuruh belajar sendiri, mengatur hidupnya sendiri, sejak SMP sudah disuruh kost di luar kota, dengan alasan study yang terbaik , dll. Sehingga anak yang seharusnya masih dalam bimbingan ortu, malah diperlakukan seperti orang dewasa.
  • Mengapa orang tua kita seperti itu, adalah karena ;
    • Terlalu kawatir kalau kita mengalami celaka, duka, ditolak orang lain, melakukan kesalahan fatal, dll
    • Atau sebaliknya, karena mereka ingin segera bebas dari mengurus kita.
  • Perlakuan orang tua yang memperlakukan kita tidak sesuai dengan tingkatan umur kita, membuat kita juga menjadi orang tua yang seperti itu kepada anak-anak kita.

 

  1. TERUS MEMBERIKAN PENGAWASAN / KONTROL / DOA

Bapa bisa tahu bahwa di negeri yang jauh itu, si bungsu memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.

Seorang anak bisa saja jauh dari jarak dari orang tua, tetapi hati orang tua tetap dekat dengan anak. Dia selalu memberi kebebasan, tetapi dari jauh tetap mengawasi, memperhatikan, ingin tahu, dan terus berdoa untuk anaknya.

Seluruh hidup kita ada dalam pengawasan Bapa, Mazmur 139:1-18

Terkadang kita gagal menjadi orang tua yang memberikan perhatian pada anak-anak kita, gagal menjadi pendoa bagi anak-anak kita, karena kita sendiri juga diperlakukan begitu oleh orang tua kita.

Kita belum tentu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini:

  • Apa warna kesukaan anakku
  • Apa makanan kesukaannya
  • Siapa nama teman sebangkunya di sekolah, siapa nama sahabanya di gereja
  • Siapa nama wali muridnya, guru Bhs Inggrisnya, dan guru olah raganya, kepala sekolahnya, atau nama guru lesnya piano
  • Berapa nomor sepatunya atau nomor bajunya
  • Hari jumat siang pulang sekolahnya jam berapa
  • Dan kapan terakhir kalinya dia menangis dan kenapa

 

  1. MENJADI PRIBADI YANG DICARI SEBAGAI SEBUAH TEMPAT UNTUK BERSANDAR. Bapa di sini menjadi pribadi yang diingat ketika si anak dalam keadaan melarat, tidak menemukan orang yang mengasihi dia dengan tulus, ( ayat 16). Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. ( ayat 20) . Bandingkan dengan si sulung, yang justru bertanya kepada pelayan ( ayat 26).
  • Bapa menjadi pribadi tempat si sulung berpulang, karena menghadirkan diri sebagai seorang sahabat tempat untuk curhat / mencurahkan isi hatinya.
  • Banyak anak justru tidak berani pulang ke rumah, karena ayahnya jahat,galak, pemarah, temperamental, dan pasti keadaan justru akan tambah runyam.
  • Adakah kita menjadi sahabat bagi anak kita, yang jauh lebih banyak menyediakan telinga untuk mendengar daripada selalu mempisisikan diri sebagai orang yang lebih tua, yang selalu menasihati, menghakimi, memberi label pada anak, dan berkali-kali jatuh dalam dosa apriori/ menyangka.
  • Menyediakan bahu kita dikala dia ingin menangis
  • Menyediakan tangan kita dikala dia jatuh ke jurang dan butuh uluran tangan kita
  • Menyediakan hati kita dikala keputusan yang diambil anak itu salah dan telah sampai kepada akibat buruk sama seperti yang pernah kita pastikan sebelumnya.
  • Menjadi pribadi yang kekinian, dan tidak pernah memaksakan anak untuk mengerti zaman kita dulu. Tetapi justru kita yang masuk pada zaman di mana mereka hidup sekarang ini.
  • Mengapa kita sering gagal menjadi sahabat bagi mereka, adalah karena orang tua kita tidak memperlakukan kita seperti itu..

 

  1. BELAS KASIHAN. Adalah hati seorang ayah ( 15:20)
    • Ketika ia masih jauh, bapanya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Bapanya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
    • Ada penafsir yang mengatakan bahwa penjemputan ini terjadi di luar kota, karena ada hukum taurat yang mengatur di Ulangan 21: 18-21, bahwa pintu gerbang kota adalah tempat anak anak yang degil, membangkang, tidak mau mendengarkan perkataan ayahnya dan ibunya, seorang pelahap dan peminum, maka ada hukuman rajam batu sampai mati.
    • Anak ini kehabisan harta dan menjadi melarat, kelaparan sampai meminta makanan babi, pulang dalam keadaan yang menyedihkan, itu semua sudah merupakan akibat yang setimpal dengan perbuatan anak ini. Jadi sebelum masuk ke pintu gerbang kota, maka si bapa yang terlebih dahulu mendahului untuk mengadakan rekonsiliasi/ pemulihan hubungan yang retak. Supaya tidak perlu pengadilan pintu gerbang kota mencegat langkah anak ini sampai ke rumah.
    • Fokus bukan kepada hukuman yang setimpal dari pengadilan yang dicari oleh sang bapa, tetapi HATI YANG MAU BERTOBAT yang dijemput dari kejauhan, yang membuat bapa ini tergerak oleh belas kasihan, yang membuat bapa ini berlari mendapatkan dia, yang membuat bapa ini merangkul dan mencium dia. Sebentuk hati yang mau bertobat.
    • Penerimaan kembali kepada anak, ketika anak mau datang dengan pertobatan, terkadang tidak kita temui pada ayah kita. Sebaliknya yang kita sering temui adalah: penghakiman, pengungkit-ungkit kesalahan masa lalu yang sering diulang-ulang terus, tidak memberi kesempatan untuk memperbaharui kesalahan, tidak memberi ruang untuk anak bisa pulang dengan kondisi hati bertobat.
    • Hal –hal seperti ini yang membuat kita juga tidak bisa menjadi orang tua yang berlapang hati menyambut dan menerima kembali ketika anak anak kita yang datang dengan sikap hati yang bertobat.

 

  1. BERLARI, MERANGKUL DAN MENCIUM
    • Ekspresi seorang bapa yang berlari/ tidak jaim, merangkul / kedekatan dan mencium/ sentuhan dari bapa.
    • Anak-anak kita membutuhkan sentuhan kasih sayang kita sebagai orang tua. Namun orang tua yang lalai melakukan sentuhan pada anak-anaknya dengan sengaja adalah juga karena dibesarkan oleh orang tuanya yang kaku/ dingin/ minim sentuhan kasih sayang.

 

  1. MENGENAL SECARA MENDALAM
  • Apa yang direncanakan anak ini untuk dikatakan kepada bapanya adalah : ( ayat 18-19, sbb:
    • 15:18Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa f  terhadap sorga dan terhadap bapa, 15:19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
  • Tetapi apa yang dikatakan kepada bapanya saat bertemu, kalimatnya sebenarnya belum selesai diucapkan sampai tuntas sesuai rencana semula, di ayat 21 , sbb:
    • 15:21Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, h  aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.
  • Ada kata-kata yang belum sempat diucapkan yaitu: “Jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
  • Perhatikan ayat sesudah itu tidak dipakai kata LALU, tetapi dipakai kata TETAPI ( ayat 22) , sbb:
    • 15:22Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah i  yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya j  dan sepatu pada kakinya. 15:23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 15:24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, k  ia telah hilang 8  dan didapat kembali.
  • Konotasinya akan berbeda bila digunakan kata LALU, misalnya seperti ini:
    • 15:21Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, h  aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.
    • 15:22lalu ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah i  yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya j  dan sepatu pada kakinya. 15:23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 15:24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, k  ia telah hilang 8  dan didapat kembali.
  • Ada terkesan pada bagian ini, penggunaan kata TETAPI, bahwa si bapa telah mengerti apa yang akan diucapkan anak ini pada kalimat berikutnya. Oleh karena itu disebutkan TETAPI…ayah itu berkata kepada hamba-hambanya….dst. Ada terkesan , si bapa MEMOTONG PEMBICARAAN dari si anak bungsu ini, dan tidak memperdulikan kalimat berikutnya, walaupun si bapa ini telah tahu apa yang akan dikatakan anak ini selanjutnya. Bahwa si anak ini melamar menjadi upahannya saja. Apa lagi ujung-ujung dari kalimat ; tidak layak disebut anak bapa? Pastinya mengacu pada ingin jadi yang lain saja, misalnya jadi orang upahan.
  • Jika dipakai kata LALU, yang terjadi adalah si bapa ini telah menerima permintaan maaf dari anaknya yang sudah bertobat, lalu kisah selanjutnya beranjak pada peristiwa selanjutnya bagaimana si bapa ini berkata kepada hamba-hambanya….dst.
  • Inilah yang dikatakan sebagai MENGENAL SECARA MENDALAM. Sebelum anak itu berbicara lebih lanjut, bapa telah mengetahui apa yang ada di dalam isi hati anak itu.
  • Pengenalan kita secara mendalam kepada hati anak –anak kita, isi hatinya, kebiasaanya, perilakunya, cara berpikrinya, keputusan yang akan diambilnya, reaksinya mendengar sesuatu, dll, perlu kita miliki sebagai orang tua mereka.
  • Namun sayangnya terkadang kita tidak menerima itu dari orang tua kita, sehingga kita juga gagal melakukan itu pada anak-anak kita.

 

  1. JUBAH, CINCIN DAN SEPATU.
  • Dengan memakaikan Jubah terbaik, cincin dan sepatu, bapa 5 identitas kepada anak ini, untuk memulihkan statusnya di mata masyarakat:

Identitas Primer; saya sangat berharga ( JUBAH)

Hidupku sangat berharga, karena diciptakan oleh Tuhan dengan cara yang ajaib. Tuhan menciptakan aku dengan sangat unik dan juga dalam rencanaNya yang ajaib, aku diciptakan serupa dan segambar dengan Dia. Aku adalah milik Kristus, dan Tuhan adalah Bapaku yang kekal.

Identitas Sekunder; kata orang siapakah aku ini (JUBAH)

Aku ditentukan Tuhan lahir di zaman apa, di suku apa, di bangsa apa, di keluarga apa, di budaya seperti apa, aku bersyukur kepada Tuhan atas itu semua. Tuhan sudah merancang hidupku dengan rancanganNya sempurna. Tuhan bisa memakai hidupku, karena Tuhan bisa memakai siapa saja, dengan latar belakang apa saja.

Identitas Masa Kini; ( CINCIN)

Tuhan memberi aku talenta, dan karunia, kecerdasan dan bakat. Apa yang menjadi bakat, talenta, karunia dan kecerdasan adalah sebuah titipan Tuhan dalam hidupku, harus aku kembangkan bagi kerajaan Tuhan dan kemuliaan TUHAN, Tuhan memakai hidupku.

Identitas Masa Lalu; ( SEPATU)

Setiap orang memiliki masa lalu, ada yang menyenangkan ada yang menyedihkan. Tuhan ingin kita tidak perlu melihat ke belakang, baik itu kesuksesan ataupun kegagalan, tetapi Tuhan ingin kita maju ke depan, berlari kepada tujuan yang dihadapan. Mari berdamai dengan masa lalu, meminta Tuhan memulihkan hati kita yang mungkin pernah terluka. Tuhan ingin kita bisa mengampuni dan pulih dari semua luka masa lalu kita, sehingga semu potensi kita di masa sekarang dapat kita gali dan kembangkan lagi bagi masa depan kita kelak, dan supaya masa laluku tidak menjadi penghalang untuk aku meraih masa depan.

Identitas Masa Depan;  ( SEPATU)

Tuhan merancangkan masa depanku kelak. Cita-citaku aku doakan dari sekarang. Tuhan memberkati masa depanku

  • Mengapa kita sering gagal memberikan identitas yang benar kepada anak anak kita sehingga mereka bertumbuh menjadi minder ataupun superior/ kelewat pd/ over confidence, adalah karena kita tidak bisa memberi citra diri yang tepat, atau bahkan bisa pada ekstrem lainnya, memberi citra diri yang berlebih-lebihan, sehingga anak menjadi arogan/ sombong.

 

  1. MENENTUKAN KRITERIA MATI DAN HIDUPNYA SEORANG ANAK.
  • Anak ini tidak mati secara fisik, tetapi disebutkan bapa sebagai mati. Seorang bapa yang baik tidak bersembunyi di balik TALENTA ANAKNYA yang ‘wah’ di mata masyarakat luas. Misalnya pekerjaannya yang baik, gajinya yang besar, atau kepandaiannya yang sangat memukau. Seorang bapa harus berani berkata anaknya mati, bila memang akhlak anak ini tidak berbudi. Hanya demi memiliki mengejar status yang baik di mata masyarakat, sebagai orang tua yang berhasil, Jangan sekali-kali bersembunyi di balik segala hal yang tampak luar, karena kita sendiri yang tahu karakter anak kita sedalam-dalamnya. Bapa ini tidak gengsi ketika mengumumkan anak ini dulunya mati. Karena mati hidupnya seorang anak, baik tidaknya hidupnya, adalah SEBUAH PILIHAN. Sebaik-baiknya apa pun orang tua mendidik , tetap keputusan hidup seseorang diambil oleh tanggung jawab setiap orang masing-masing secara pribadi di hadapan TUHAN. Kecuali kita adalah orang tua yang tidak bertanggung jawab mendidik anak dan mengajar anak dengan baik sejak mereka kecil, lalu hidup mereka gagal memiliki akhlak yang berbudi, kita patut bertobat sebagai orang tua, namun bila kita sudah sebaik-baiknya menjalankan tanggung jawab kita sebagai orang tua, maka pilihan tetap pada anak itu sendiri. Contoh, pada Salomo, apakah kita berani menyalahkan Daud dan Batsyeba, bahwa mereka kurang mempersiapkan akhlak daripada Salomo? Apakah pada masa tua Salomo ketika meninggalkan Allah Israel dan memilih menyembah dewa dewa yang disembah isteri isterinya, itu adalah kesalahan Daud dan Batsyeba? Jadi, bapa dalam kisah ini mengakui bahwa anak bungsu ini dulunya MATI. Kriteria mati tidak nya seorang anak adalah pada AKHLAKNYA YANG BERBUDI ATAU TIDAK. Ini mutlak.

 

  • ‘ia telah hilang8  dan didapat kembali.’ Perhatikan di sini, didapatnya kembali di sini bukan dengan cara si bapa PASIF menunggu saja di rumah, tetapi dikatakan dalam kisah ini, si bapa
    • DARI JAUH telah melihatnya– berbicara tentang bapa yang mengawasi, mendoakan
    • TERGERAKLAH HATINYA OLEH BELAS KASIHAN- menempatkan standart pertobatan sebagai yang utama.
    • BERLARI MENDAPATKAN DIA– artinya tidak pasif menunggu di rumah, tetapi ada upaya penjemputan/ ada upaya penerimaan tanpa syarat
  • Ketika seorang anak didapati MATI SECARA AKHLAK, maka bapa akan berdoa untuk anak ini, karena upaya untuk intervensi bukan pilihan yang tepat untuk orang yang sudah dewasa umurnya.
  • Untuk menyelamatkan status di mata masyarakat ketika anak-anak gagal memiliki akhlak yang berbudi, adalah bukan dengan cara berlindung di balik topeng talenta mereka, dll, tetapi justru dengan cara mendoakan mereka agar mereka bertobat. Ketika anak ini bertobat, maka anak ini dikatakan HIDUP KEMBALI, tetapi untuk anak ini didapat kembali, ternyata tidak pasif menunggu di rumah, melainkan ada doa –doa dari orang tua untuk mereka.
  • Apakah kita dibesarkan oleh orang tua yang ‘bersembunyi’ di balik prestasi kita di sekolah? Piala yang kita koleksi dari lomba-lomba? Dll Tanpa peduli KARAKTER KITA BERBUDI ATAU TIDAK? Jika ini terjadi pada kita, maka tidak heran jika kita juga melakukan ini pada anak-anak kita, menuntut mereka juara, menuntut mereka menang, menuntut mereka selalu berprestasi, bukan untuk mereka, tetapi untuk prestise/ kebanggaan kita sebagai orang tua. Kita terkadang tidak perduli lagi pada akhlak mereka, apakah mereka jujur, tekun, rajin, ramah, bisa mengatur prioritas hidup, dll

 

  1. Tidak kehilangan perhatian pada si sulung ketika pesta untuk si bungsu berlangsung.
    • Bapa yang selalu memperhatikan anak-anaknya secara merata. Kepulangan si bungsu tidak lantas membuat bapa merasa semua baik-baik saja dengan si sulung. Ketika di pesta itu tidak ada si sulung, bapa juga akan keluar dan berbicara dengan dia. Masalah ini tidak bisa dianggap sepele hanya karena si sulung berada di halaman rumah, sedangkan si bungsu dijemputnya dari kepulangan dari luar negeri yang jauh. Tidak pernah menganggap ‘ah nanti saja si kakak..’
    • Terkadang sebuah situasi membuat orang tua kehilangan perhatian pada anak lain, contoh, si bungsu sakit kanker, maka semua perhatian dicurahkan pada si bungsu, sehingga si sulung tidak diperhatikan. Contoh; si anak nomor 2 kuliah di dalam kota, sedangkan anak pertama kuliah di luar kota, maka lebih diperhatikan yang di luar kota, dll
    • Mengapa kita bisa terjebak menjadi orang tua yang seperti itu, mungkin karena orang tua kita juga menerapkan sistem seperti itu di keluarga kita.

 

  1. MEMBERI NASIHAT TEPAT PADA SASARAN
    • Bapa memberi nasihat pada si sulung tepat pada sasaran. ( ayat 31) dengan kata pertama ANAKKU, karena si sulung memiliki mental budak , walaupun dia itu anak dan tinggal di rumah bapa. Tidak menyadari bahwa anak lembu tambun ini adalah ekspresi sukacita, bukan sebuah ekspresi UPAH, sedangkan anak sulung ini justru menyebut-nyebut seekor anak kambing ( yang harganya malah jauh lebih murah dan martabatnya di bawah anak lembu tambun- yang hanya disembelih jika ada acara acara khusus) untuk bersukacita bersama sahabat-sahabatnya. Padahal di awal kita sudah tahu, bahwa dia juga kan sudah mendapat warisan dari bapanya. Seorang anak, bebas meminta apa saja kepada bapanya, bahkan warisan pun akan diberikan oleh bapanya ini walaupun bapanya belum mati.
    • KITA patut berukacita, menunjukkan bahwa si bapa ini ingin mengajak si sulung memperlakukan si bungsu sebagai adiknya, bukan orang lain, walaupun secara warisan di bungsu sudah menghabiskan semua bagiannya. Bapa ingin si sulung tidak menjadikan penempatan HARTA di atas sebuah HUBUNGAN DARAH. Pertobatan si bungsu jauh lebih berharga daripada harta apa pun juga
    • Seorang bapa yang MEMBERI NASIHAT TEPAT PADA SASARAN , bukan memasalahkan nilai akhir, hasil akhir, tetapi lebih melihat kepada KARATER, PROSES UNTUK MERAIH HASIL, dan MOTIVASI TERDALAM dari seorang anak.
    • Sedangkan orang tua kita cenderung sering menyalahkan, menuduh, menghakimi, tidak mau mendengar duduk persoalan, melabel, dll
    • Pola asuh seperti ini membuat kita juga gagal jadi penasihat yang baik buat anak anak kita.

KESIMPULAN:
Tidak ada orang tua yang sempurna, sesempurna penggambaran Bapa pada pengajaran Yesus tentang Anak yang Hilang ini.

Kita harus datang kepada Bapa yang Kekal itu, untuk mendapatkan kesempurnaan kasihNya.

Daud berkata seperti ini:

Mzm 27:10 Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku

 

Siapakah nama ibu Daud? Tidak ada, tidak tercatat dalam Alkitab, dia tidak berperan dalam hidup Daud, dia tidak mengajar Daud. Bukan ibu yang baik.

Siapakah nama ayah Daud? Isai, ya Isai, seorang ayah yang mengesampingkan Daud ketika Samuel datang.

Seorang ayah yang gagal menjadikan Daud seorang anak yang berlimpah kasih sayang.

Tetapi Daud bisa menjadi seorang ayah yang hebat untuk semua orang di Gua Adulam, 400 orang itu, yang semua berlatar belakang amburadul.

Daud banyak kali gagal jadi orang tua kandung yang baik buat anak-anaknya, tetapi Daud banyak berubah ketika mendidik Salomo kecil.

Mari kita datang pada TUHAN yang menyambut kita sebagai anak-anakNya, dengan kasih Nya yang sempurna atas kita, sehingga kita bisa juga menjadi ayah dan ibu yang luar biasa buat anak –anak kita, dan buat semua anak-anak didik kita.

Hanya dengan ‘menjadi anak Bapa, kita bisa menjadi bapa buat mereka’

Tinggalkan komentar