DALOVMA TOYS


Shalom pembaca website JCA, saya dapat titipan dari DALOVMA TOYS untuk memuat tulisan dan foto-foto tentang produk mereka. Bagi yang minat ingin beli dapat berhubungan langsung dengan DALOVMA TOYS

Grace

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

  1. Latar Belakang

 

Konsep mainan ini muncul dari pengalaman saya selama kurang lebih empat tahun mengajar di sekolah – sekolah dan juga dalam pelayanan anak atau sekolah minggu dan saat ibadah di gereja – gereja. Ada keprihatinan dalam diri saya saat melihat siswa – siswi yang saya ajari baik itu tingkat SD, SMP, dan SMA tidak terlalu banyak mengenal atau memahami pengetahuan dasar Alkitab. Padahal itu hal penting. Tak jarang pula saya melihat masalah yang ada di kalangan orangtua saat ibadah bingung mencari nats Alkitab yang disampaikan si pengkhotbah karena tidak tahu letak nama kitab yang disebut di Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru. Butuh waktu lama membolak – balik halaman demi halaman, bahkan beberapa orang hingga khotbah selesai belum menemukannya. Melalui survei dari kuisioner, saat saya memberi pertanyaan mendasar, begitu banyak kaum dewasa juga orangtua yang tidak bisa memberi jawaban melalui pertanyaan yang sangat sederhana.

Demikian juga, baik mereka yang masih status siswa SD, SMP, SMA, Kuliah dan sedang bekerja juga yang sudah orangtua, saya menanyakan hal yang sama. Pertanyaannya adalah “Ada berapa jumlah kitab di dalam Alkitab? Berapakah jumlah Kitab Perjanjian Lama, berapa jumlah Kitab Perjanjian Baru? Atau ada berapa nama kitab yang saudara bisa sebutkan?  Jawabannya banyak yang tidak tahu dan kalaupun ada yang tahu, rata – rata jumlah kitab yang bisa disebutkan paling banyak 10 dari ke – 66 keseluruhan jumlah kitab. Di antara yang saya temui, belum ada yang bisa menyampaikan ke – 66 nama Kitab dalam waktu 5 menit. Saya lanjut dengan pertanyaan, “Siapa saja nama – nama murid Tuhan Yesus?”, “Apa saja kesepuluh tulah di Mesir?”, “Apa – apa saja urutan penciptaan?”, “Siapa saja nama – nama ke – 12 suku Israel?”……dan masih banyak pertanyaan lainnya yang sederhana.

Hati saya miris, karena kebanyakan mereka adalah Kristen sejak lahir dan setelah saya pastikan..”Ada berapa jumlah Alkitab yang mereka miliki di rumah?”..Ternyata lebih dari satu. Jangankan menghafalkan beberapa ayat Alkitab, nama – nama kitab pun tidak semuanya tahu, apalagi isi cerita atau tokoh – tokoh pahlawan iman. Memang, jumlah Alkitab di rumah tidak menjamin peningkatan pengetahuan Alkitab seseorang, namun paling tidak bila jumlah lebih dari satu tentu sangat menolong para anggota keluarga untuk disiplin membaca Alkitab.

Saya merenung kembali..Bagaimana iman bisa bertumbuh tanpa pengenalan akan Firman Allah. Bagaimana iman bisa bertumbuh bila membaca Alkitab hanya 1x1minggu atau 1x1bulan? Atau mungkin hanya saat Natal tiba, baru membawa Alkitab ke gereja? Hanya diri sendirilah yang lebih tahu sejauh mana iman kita bertumbuh. Dan II Timotius 3:10 – 17 menegaskan bahwa iman bertumbuh dalam penganiayaan dan dalam pembacaan Kitab Suci, bahwa segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

Namun, ketidaktahuan  ini mungkin juga dipengaruhi oleh beberapa hal termasuk kurang minat untuk membaca Alkitab karena teks yang panjang, atau merasa bosan saat membacanya karena tak ada panduan yang mengarahkan. Sebenarnya, sudah banyak program – program pembacaan Alkitab setahun dan bahkan saat ini banyak alat – alat canggih yang muncul untuk membuat kita tetap bisa belajar Firman – Nya lebih dekat tetapi nyatanya perkembangan teknologi menjadikan sebagian orang semakin meninggalkan – Nya. Jangan sampai saat usia anak – anak yang sekarang 5 tahun tidak ada perubahan juga hingga nanti 30 tahun dalam pengenalannya akan Alkitab. Paling tidak nama – nama Kitab wajib diketahui, sehingga saat seorang Hamba Tuhan berkhotbah dan mengajak membaca Alkitab maka tidak bingung lagi untuk mencari nats Alkitab yang dibaca.

Berdasarkan pengalaman saya di atas, tentu sangat dibutuhkan suatu cara yang tepat, menarik dan tidak membosankan dalam belajar Alkitab terutama buat generasi bangsa Indonesia ini. Karena itu, melalui tulisan ini saya menuangkan ide – ide saya dalam bentuk mainan untuk belajar Alkitab. Tentu anak akan sangat senang, saat ia memiliki mainan dan kita bisa mengajarinya tentang Firman Tuhan lewat mainan yang ia miliki.

 

  1. Visi dan Misi

 

Visi

“Anak mengenal dan memahami Alkitab melalui mainan yang ia miliki”

 

Misi

  1. Mengajak anak bermain dan belajar dengan memilih mainan kreatif sesuai pembelajaran
  2. Memperkenalkan nama – nama Kitab dalam Alkitab kepada anak mulai usia 2 – 12 tahun melalui puzzle
  3. Menjelaskan cerita – cerita atau peristiwa – peristiwa penting dalam Alkitab melalui buku kain dengan warna dan desain gambar yang menarik
  4. Memperkenalkan nama – nama tokoh Alkitab, suku – suku Israel dan benda – benda lain melalui permainan dadu
  5. Mengajak anak menghafalkan “Doa Bapa Kami”, “Kesepuluh Perintah Allah”, “Urutan Penciptaan”, dan mengaplikasikannya ke dalam puzzle dan masih banyak jenis permainan lagi yang sedang didesain untuk mengajak anak agar lebih asyik dalam belajar Alkitab.

 

 

“Dalovma Toys”

 

Untuk Pemesanan dan Keterangan lainnya mengenai Produk Dalovma Toys bisa menghubungi saya :

 

Rode Meiyanti Saragih, S.Th, SPd.K

HP      : 081211620086

Email : emilyoude@yahoo.co.id

FB       : Rode Meiyanti Saragih

TANGERANG – BANTEN

 

  1. Dadu Kata @ Rp. 30.000,- (Versi Indonesia & Inggris)
  • Cara Bermain :

Dadu dibaca dahulu, lalu anak dengan pasangannya atau gurunya bermain lempar tangkap. Setelah salah satu menangkap dan melihat kata yang terbaca di bagian dadu paling atas, kata tersebut dihafal. Lalu, dilempar kembali ke temannya dan dihafalkan juga kata yang terlihat pada bagian atas. Setiap kata yang muncul, anak akan mengingatnya sambil bermain lempar tangkap.

Dadu juga dapat dipergunakan dalam kelompok besar. Masing – masing anak mengingat kata yang terlihat saat ditangkap, di akhir sesi guru menanyakan satu per satu kata yang diingat anak tersebut. Tahap selanjutnya, salah satu anak bisa menyampaikan 6 kata yang telah diucapkan teman sebelumnya.

 

  • Kegunaan :
  1. Melatih anak menghafal nama – nama tokoh, benda, dan nama – nama penting lainnya dalam Alkitab dengan cara yang santai.
  2. Melatih anak agar peka dalam mendengar temannya
  3. Tidak hanya guru di sekolah atau sekolah minggu, namun orangtua pun dapat mengajar anak saat di rumah, dadu digunakan di tempat rekreasi bermain lempar tangkap dengan anak dan akan menimbulkan keakraban antara anak dengan orangtua. Selain itu juga bisa menjadi penambah untuk game saat retreat, atau acara – acara keagamaan di outdoor
  4. Dadu dengan berbagai jenis kata – kata yang jarang dimunculkan akan menambah perbendaharaan kata anak.
  5. Dadu menjadi sebuah tambahan alat peraga dalam belajar Agama Kristen untuk pendalaman pengetahuan Alkitab setiap anak karena guru dapat mengajak anak belajar di luar kelas, sehingga tidak membosankan.

 

Jenis – jenis dadu :

  1. Dadu 12 Murid Tuhan Yesus
  2. Dadu 12 Suku Israel
  3. Dadu 12 Nabi – nabi kecil
  4. Dadu Nabi – nabi besar
  5. Dadu 12 Kitab Sejarah
  6. Dadu Kitab Puisi
  7. Dadu Nama Batu – batu Untuk Pakaian Imam
  8. Dadu Angka 1 – 12
  9. Dadu Bentuk

Dadu Kata 1 Dadu Kata 2 Dadu Kata 3 Dadu Kata 4 Dadu Kata 5 Dadu Kata 6 Dadu Kata

 

 

 

 

  1. Puzzle Magnet Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru

Versi Indonesia & Inggris

 

1 Paket terdiri dari :

  • 2 papan (Papan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru)
  • 1 kotak nama – nama kitab isi 66 keping nama – nama kitab Alkitab

@ Rp. 550.000,-

Kategori Kelas : Kelas Besar (9 th – 16 th)

 Puzzle Magnet Nama Kitab PL dan PB Puzzle Magnet Nama Kitab PL dan PB Paket Paket Puzzle Nama Kitab

 

Cara Bermain :

Anak terlebih dahulu diperkenalkan dan diajarkan nama – nama kitab, lebih baik dan menarik dengan lagu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Lalu, anak bermain dengan meletakkan keping nama kitab sesuai urutan dari awal hingga akhir. Bisa dilakukan individu maupun kelompok.

 

Kegunaan :

  1. Mainan ini bisa menjadi alat peraga untuk ujian praktek agama Kristen di sekolah – sekolah Kristen khususnya, namun juga bisa di sekolah non Kristen khusus untuk pembelajaran PAK (Pendidikan Agama Kristen). Anak bisa maju satu per satu ke depan dalam menyusun nama – nama kitab di papan ke depan.
  2. Mainan ini bisa menjadi inventaris sekolah atau gereja buat generasi selanjutnya, dengan mempertimbangkan bahan yang dipergunakan sangat aman buat anak – anak, sekalipun kena air tulisan tidak akan luntur.
  3. Bisa digunakan di luar ruangan, namun harus hati – hati dalam membawa keping nama – nama kitabnya agar tidak berceceran. Untuk kelas besar, bisa dibagi tugas dalam pembawaannya saat belajar di luar kelas.
  4. Memudahkan anak dalam menghafal nama – nama kitab dengan rileks namun menantang karena konsep yang digunakan dengan cara bermain.
  5. Melatih kesabaran anak dalam mencari pemecahan masalah
  6. Melatih anak untuk teliti dalam menata urutan nama kitab dengan benar
  7. Bila bermain dengan tim, anak akan dilatih dalam :
  8. Kerjasama
  9. Bersosialisasi dengan teman
  10. Menghargai pendapat orang lain

 

 

 

  1. Ronce Kitab Perjanjian Baru

Versi Indonesia & Inggris

 

@ Rp. 450.000,-

Kategori Kelas : Kelas Kecil (4 th – 8 th)

 Ronce Kitab PB

Ronce :

  1. Ronce Kitab Perjanjian Baru (Versi Indonesia)
  2. Ronce Kitab Perjanjian Lama (Versi Indonesia)
  3. Ronce Kitab Perjanjian Baru (Versi Inggris)
  4. Ronce Kitab Perjanjian Lama (Versi Inggris)

 

Cara Bermain:

Anak diperkenalkan terlebih dahulu nama – nama kitab yang ingin dipraktekkan, lalu guru mempersiapkan keping – keping huruf sebelumnya agar tidak salah atau kurang keping huruf pada saat bermain. Setelah dibagikan, anak menyusun huruf demi huruf sampai membentuk nama sebuah kitab yang diperintahkan lalu satu per satu huruf dimasukkan ke dalam tali. Yang terlebih dahulu selesai menjadi pemenang dan guru bisa mengalungkannya di leher.

 

Kegunaan :

  1. Anak belajar menghafal nama – nama kitab dengan bermain
  2. Permainan bisa dilakukan di dalam atau di luar ruangan dengan karpet sehingga mempererat hubungan sesama anak maupun dengan guru pengajar
  3. Melatih kemampuan motorik halus dan kasar anak – anak
  4. Melatih kerjasama dengan teman lain
  5. Khusus untuk anak usia 3 – 5 tahun berguna dalam mempersiapkan anak untuk mandiri dalam mengikat tali sepatu, dalam memegang pensil atau pulpen sebelum ia menulis, karena anak akan berpikir mengapa tali bisa masuk ke dalam lubang kecil. Proses tersebut menjadi faktor pendukung sebelum ia menulis atau memakai tali sepatu sendiri.
  6. Mainan ini bisa menjadi inventaris sekolah atau gereja buat generasi selanjutnya, dengan mempertimbangkan bahan yang dipergunakan sangat aman buat anak – anak, sekalipun kena air tulisan tidak akan luntur.
  7. Puzzle Gambar Kayu

@ Rp. 35.000,-

Kategori Kelas : Besar dan Kecil

 Daud Goliat Perjamuan Kudus Yunus di Perut Ikan

Cara bermain:

Guru terlebih dahulu menyampaikan satu cerita yang sesuai dengan gambar puzzle yang ada. Lalu, setelah cerita guru memberikan puzzle yang telah disiapkan, namun kepingnya diacak terlebih dahulu. Permainan bisa per individu maupun per kelompok.

  1. Lepas kepingan puzzle dari papannya
  2. Lalu, acak dan minta anak memasang kembali
  3. Tantang anak untuk melakukannya lebih cepat lagi, bila perlu gunakan stopwatch

 

Kegunaan:

  1. Merangsang kemampuan motorik halus anak saat menyusun potongan gambar
  2. Melatih anak berpikir :
  3. Mulai melihat potongan bentuk
  4. Memahami bentuk
  5. Berupaya menata kembali setelah diacak – acak
  6. Melatih kesabaran anak dalam mencari pemecahan masalah
  7. Mengingat ulang kisah cerita Alkitab dan nilai – nilai kristiani yang tersirat dalam cerita untuk penanaman nilai karakter yang baik buat anak – anak

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

Manfaat Mainan

 

Konsep mainan yang telah dibuat dalam berbagai bentuk terdiri dari bahan dasar kayu, kain dan busa. Bahan yang digunakan tentu aman buat anak – anak. Bahkan bahan yang disuplai dari sumber bahan – bahan sudah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI). Setiap mainan memiliki manfaat dan kategori usia sesuai kebutuhan perkembangan anak. Secara langsung mainan tentu sangat memiliki manfaat positif kepada anak. Secara tidak langsung mainan juga bermanfaat buat para kaum dewasa saat mengajarkannya dalam bermain karena mengefektifkan pengajaran baik di dalam maupun luar ruangan. Terutama anak – anak yang bertipe audiovisual pasti sangat responsif, namun tidak menutup kemungkinan juga efektif buat anak – anak tipe yang lain karena pada dasarnya anak – anak senang bermain.

Buat para pendidik baik di PAUD, TK, SD, SMP maupun di Sekolah Minggu atau juga para orangtua di rumah, manfaat mainan ini sangat beragam. Dalam penggunaannya di sekolah PAUD, TK, mainan bermanfaat untuk pengenalan nama – nama kitab Alkitab, nama – nama tokoh, dan benda – benda sehingga memperkaya perbendaharaan kata anak. Demikian juga nilai – nilai karakter yang tersirat dalam buku – buku cerita akan mengajarkan sikap yang baik dalam diri anak. Buat anak – anak SD, SMP selain manfaat mainan untuk menghafal nama kitab Alkitab, nama tokoh, nama benda, nama sungai, nama raja, nama suku dan kata – kata penting lain juga menjadi sarana efektif buat para pendidik dalam ujian praktek agama. Misalnya, Puzzle Magnet Nama – nama Kitab Alkitab bisa dipergunakan saat ujian praktek agama dengan melepas semua keping kata dari papan magnet. Lalu, guru meminta 1 anak maju ke depan bergiliran dan menyusun nama – nama kitab Alkitab secara berurutan dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bila anak – anak sudah mahir dalam menghafal, bisa diuji dengan kecepatan waktu yang tercepat dapat skor yang lebih tinggi.

Buat para pendidik di Sekolah Minggu, ragam jenis mainan tentu sangat bermanfaat dipergunakan sebelum atau sesudah pembahasan Firman Tuhan. Baik sebagai Ice Breaker ataupun mengisi aktivitas sesudah pembahasan Firman Tuhan. Namun, ada juga beberapa yang bisa dipergunakan saat penyampaian Firman Tuhan. Misalnya, seperti Puzzle Gambar Cerita Alkitab. Bila pembahasan Firman Tuhan bertema “Keberanian” mungkin Guru bisa memilih cerita Daniel melawan Goliat dan mempersiapkan Puzzle Gambar Daud melawan Goliat. Saat Firman Tuhan disampaikan, Guru bisa memberi pengantar di awal lalu menunjukkan sebentar kepada anak posisi puzzle secara sempurna dan melanjutkan pembahasan Firman Tuhan sampai selesai. Dengan demikian, anak bisa mengimajinasikan dan mengaplikasikannya nanti pada saat menyusun kepingan puzzle hingga membentuk gambar yang sempurna. Setelah pembahasan Firman Tuhan, anak dibagi dalam beberapa kelompok dan disesuaikan dengan ketersediaan puzzle gambar gambar yang ada. Kemudian, anak akan berlomba menyusun kepingan puzzle tercepat dan bila waktu masih tersisa banyak dapat divariasi dengan yang bisa menceritakan ulang secara singkat dari cerita yang sudah disampaikan.

Jangan lupa, untuk selalu beri hadiah atau penghargaan buat anak atau kelompok yang menang. Hadiah atau penghargaan tidak selalu harus berwujud benda dan mahal namun juga bisa dengan hal – hal kecil seperti permen, pensil, benda kecil lainnya yang murah meriah, kata – kata positif atau tepuk tangan yang khas dan kreatif ala sendiri. Demikian juga, buat anak yang belum bisa cepat dalam mengerjakannya tetap diberikan penghargaan. Bisa dalam bentuk benda namun jumlahnya lebih sedikit dari yang tercepat dan yang terutama mereka dimotivasi dari kata – kata positif atau tepuk tangan yang khas dan kreatif ala sendiri. Perbedaan hadiah dalam segi jumlah, tentu penting agar mereka juga belajar bagaimana menerima kekalahan dengan positif dan bisa sportif dalam menerima kemenangan orang lain. Sehingga tidak bersikap negatif, atau sirik kepada temannya. Namun, persamaan dalam menerima kata – kata positif, tepuk tangan yang khas bermanfaat agar anak tidak gampang menyerah, tidak minder saat ia kalah, tapi ia tetap semangat untuk perlombaan di waktu selanjutnya. Sebab, tindakan dalam hal ini banyak diabaikan yang pada akhirnya memunculkan konflik baru di antara anak – anak dalam komunitasnya. Baik itu di dalam ruangan kelas yang setiap hari tempat ia belajar ataupun di sekolah minggu, saat ia datang 1×1 minggu tentu lebih memilih berteman dengan 1 kelompok sebelumnya saat ia menang dan menghindari berteman dengan kelompok yang kalah.

Hal demikian, secara duniawi tentu sangat wajar. Namun, sebagai orang yang takut Tuhan dan yang mengerti kasih tentu tidak wajar karena Tuhan Yesus pun dalam pelayananNya selama dunia ini lebih banyak melayani orang yang ter-marginal-kan dan kita pun dikasihiNya, dianugerahkan keselamatan bukan karena kesempurnaan tapi justru kita memiliki banyak kekurangan. Nyatanya tidak sedikit, seorang guru pun lebih memilih akrab dengan siswa yang tampan, cantik, imut, bersih, wangi, cerdas dan cepat dalam menjawab. Dan sebaliknya, bersikap ala kadarnya atau mungkin menjauh dengan siswa yang tergolong tidak tampan, tidak cantik, tidak bersih, yang tidak wangi, apalagi yang mungkin menjawab 1 pertanyaan butuh waktu 1 jam.

Hadirnya mainan ini, tidak memandang anak dari gereja mana, suku apa, warna kulit, atau hal – hal lahiriah lainnya. Tapi, konsep pengetahuan mainan ini bersumber dari Alkitab yang memiliki tujuan dan harapan agar setiap anak yang memiliki kesempatan memainkannya mendapatkan manfaat yang positif dalam perkembangan dan pengenalannya akan Tuhan Yesus melalui bermain dengan mainan. Ragam mainan ini juga bisa dibawa saat acara rekreasi sekolah, retreat, doa bersama, perpisahan atau acara ibadah lainnya. Para pendidik atau Guru Sekolah Minggu bisa memilih kategori mainan yang sesuai usia anak.

Buat para orangtua di rumah, tentu bisa lebih leluasa dan kreatif dalam memainkan ragam mainan yang ada. Misalnya, bisa dipergunakan saat waktu santai dan selingan dengan koleksi mainan yang sudah ada. Saat anak bermain dengan orangtua tentu anak memiliki kualitas waktu yang baik dengan orangtua demikian sebaliknya. Bermain tidak selalu harus di rumah, mungkin saat rekreasi ke suatu tempat maka mainan ini bisa pelengkap mainan anak. Memang zaman sudah berkembang dan bertambah canggih, namun tak ada yang sempurna sehingga sekalipun anak sudah memiliki HP,Ipod, Tab masing – masing, ragam mainan ini masih bisa sebagai cadangan saat alat – alat teknologi tersebut minim baterai atau orangtua pun bisa memilih dan mengarahkan permainan yang bermanfaat saat di luar rumah.

Secara umum, manfaat mainan edukatif ini buat perkembangan anak adalah :

  1. Melatih konsentrasi sehingga daya ingat lebih meningkat
  2. Mengembangkan kemampuan imajinasi
  3. Mengembangkan kreatifitas anak
  4. Melatih koordinasi tangan dan mata
  5. Melatih pengenalan warna
  6. Belajar membaca dan menulis
  7. Melatih pengenalan aneka bentuk, huruf, angka
  8. Melatih motorik halus dan motorik kasar
  9. Melatih penghafalan nama – nama Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, suku – suku, nama tokoh, raja, benda – benda di Alkitab, dan lain – lain
  10. Melatih kecermatan, ketelitian dan kesabaran anak

 

Perlu diingat kembali ada beberapa tipe belajar anak :           

Sebenarnya ini adalah tipe tipe kecerdasan majemuk pada anak, tapi tampaknya orang dewasa juga perlu tahu, biar tahu bagaimana cara belajar yang efektif. Model Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) dikembangkan oleh Howard Gardner. Model ini dapat digunakan untuk mengenali tipe belajar seseorang sesuai dengan jenis kecerdasan yang menonjol. Tipe tipe ini di antaranya adalah tipe pembelajar visual, auditori, verbal, fisik, logis, sosial dan penyendiri,

Tipe Visual (spatial).

Tipe visual banyak belajar dan menyerap informasi dari apa-apa yang dilihatnya.

Mereka sangat menyukai gambar, warna, diagram, dan segala yang terlihat, baik dalam bentuk 2 dimensi atau 3 dimensi. Tipe visual biasanya juga spasial, pandai membayangkan ruang 3 dimensi. Jika bepergian ke suatu tempat, mereka tidak mengingat berdasarkan nama jalan, tetapi bangunan atau simbol yang mereka lihat sebagai penanda visual.

  • Media dan cara belajar:

Menggunakan gambar, diagram, grafik, warna-warni, besar-kecil, belajar berkhayal secara visual, membayangkan sebuah konsep/informasi dengan: tempat, bentuk, warna, menggunakan layout, spasial, peta, maket, realitas
permainan: kamera, pensil/spidol warna, balok aneka warna,
ganti kata dengan gambar; bantu pemahaman kata dengan warna

 

 

Type Aural (auditory-musical).

Anak aural menyerap informasi dengan pendengaran; baik suara maupun musik.  Mereka sensitif dengan intonasi, irama, dinamika, tempo, keras-pelan, suara jauh-dekat. Anak aural belajar sambil mendengarkan musik, tidak menyukai “kesunyian”. Mereka senang bersenandung, membuat nada/rima sendiri. Bagi anak aural, bunyi/nada/lagu membawa pada sebuah emosi atau peristiwa tertentu. Walaupun sedang membaca buku, mereka membutuhkan suara/musik untuk menemaninya.

  • Media dan cara belajar:

menggunakan metode ceramah/kuliah
menggunakan melodi untuk teks; bergumam
membaca dengan suara keras (read aloud)
membangun suasana musikal utk menciptakan suasana
menggunakan media audio visual CD/VCD
mendengarkan kuliah/pidato/radio di rumah dan jalan

 

Tipe Verbal (linguistic).

 

 

Tipe verbal menyukai kata dan bahasa. Mereka pandai membuat distingsi makna kata, baik secara lisan maupun tulisan. Tipe verbal memilih kata, berkata-kata atau menulis secara terstruktur dengan pilihan kata/kalimat yang baik. Mereka sensitif terhadap pilihan kata dan mengingat sebuah tempat/peristiwa/konsep dengan nama dan kata-kata kunci. Anak-anak verbal biasanya senang membaca dan menulis; membuat sajak, puisi, diari, rima, berpidato, dan sebagainya.

  • Media dan cara belajar:

menggunakan cara yang umum seperti di kelas; buku dan ceramah
melakukan diskusi
membaca dan menulis
bermain peran (role-playing)
 

 

 

Tipe Fisik (kinesthetic).

Tipe pembelajar fisik menggunakan anggota badan mereka untuk belajar.

Mereka senang mencoba dan melakukan segala sesuatu sendiri (learning by doing). Mereka belajar dengan cara: menyentuh, membangun, memperbaiki, membuat. Mereka seringkali tidak sabar membaca buku petunjuk atau diagram, dan langsung ingin mencoba melakukan sendiri. Anak-anak fisik sensitif terhadap tekstur, cara kerja, dan realitas fisik yang terlihat nyata di hadapannya. Mereka tidak suka berkhayal atau membayangkan.

  • Media dan cara belajar:

menggunakan pekerjaan tangan, hands-on projects
menulis, menggambar, membuat maket
merakit benda, memperbaiki barang rusak, membuat rancangan
berolahraga dan permainan
aktivitas di luar rumah (outdoor activities)
drama dan permainan peran
balok, robot, mesin, alat-alat olahraga

 

Tipe Logis (mathematical)

Tipe pembelajar logis menggunakan logika, argumen, dan mencari pola keteraturan. Mereka juga senang mencari struktur dan pola dari segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Mereka pandai mencari hubungan, membuat perbandingan, memilah dan membuat klasifikasi. Tipe pembelajar logis senang melakukan pekerjaan mental/berfikir.

Tipe logis adalah tipikal anak yang berhasil di model belajar seperti sekolah. Masyarakat saat ini sangat menghargai anak logis.

  • Media dan cara belajar:

menggunakan buku & teori mengenai berbagai hal
bermain puzzle dan teka-teki
membuat aturan dan prosedur yang jelas
membuat rencana dan jadwal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tipe Sosial (interpersonal)

Tipe sosial memiliki kecenderungan untuk bergaul dan berkelompok secara sosial. Mereka supel dan pandai bergaul dengan siapapun, baik dengan teman sebaya maupun orang yang lebih tua/lebih muda. Orang mendengarkan dan menyukai mereka. Mereka menikmati pertemanan, berbagi cerita atau ilmu dengan orang lain. Anak sosial mendapatkan ilmu dari mendengarkan orang lain atau mencari umpan balik dari respon orang lain terhadap apa-apa yang disampaikannya.

  • Media dan cara belajar:

mengikuti kelompok, klub, organisasi
melakukan proyek yang dikerjakan bersama
berdiskusi dan bermain peran (role-playing)
melakukan kegiatan lapangan yang melibatkan banyak orang
mengikuti seminar atau training dengan sistem kelas

 

Tipe Penyendiri (intrapersonal).

 

Tipe penyendiri memiliki kecenderungan pendiam dan reflektif. Mereka lebih efektif untuk belajar jika seorang diri, bukan dalam kelompok. Tipe ini biasanya memiliki kecenderungan untuk mandiri, mengenali kekuatan dan kekurangan pribadi. tipe ini penyendiri sensitif terhadap pribadi dan kedalaman saat mempelajari atau mengerjakan sesuatu.

  • Media & cara belajar:

menekuni hobi atau sesuatu yang ditekuni
mengeksplorasi buku atau materi-materi yang bisa dilakukan sendiri
mengerjakan proyek mandiri
membuat jurnal, diari, blog

(https://irilaslogo.wordpress.com/2011/06/04/tipe-tipe-belajar/)

 

Tinggalkan komentar