Andalan

Tanya Jawab Sertifikasi JCA Penggiat Anak Indonesia


Sesi Tanya jawab Batch 1

Gelombang 1

Gelombang Juni 2025

7 Juni 2025

Iwan Darma Putra Lay

GKKD PA MALANG

Batch 1. Sesi 1. Visi Tuhan bagi Pelayanan Anak di Indonesia

Apa yang harus saya lakukan sebagai pengajar dari materi 1 ini untuk anak anak yang saya ajar?

Jawaban:

Materi-materi yang kita pelajari dalam sertifikasi Penggiat Anak JCA Indonesia ini diperuntukkan bagi memperlengkapi guru-guru, jadi bukan kita bukan kelas micro teaching alias kelas persiapan untuk mempersiapkan materi ajar kepada anak-anak. Namun pertanyaan tersebut sangat bagus. Sebagai penggiat anak kita harus lakukan hal ini: memiliki Visi yang kuat untuk generasi Indonesia, bahwa Generasi Indonesia akan  menjadi terang bagi bangsa-bangsa.

Untuk itu, ayat emas ini dapat kita ajarkan pada anak-anak. Yesaya 60:1 Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu.

Kita bisa bagikan ke anak-anak betapa luar biasanya bangsa kita. Kita harus dapat bangkitkan semangat nasionalis kebangsaan pada murid-murid kita.

Ada banyak materi yang seperti itu, dan dapat kita ambil momentum 17 Agustus untuk menyampaikan hal tersebut.

Contoh pada materi JCA adalah sbb:

9 Juni 2024

Tabitha Angga Kesuma

GPDI ELSHADDAI MAGELANG

Batch 1. Sesi 1. Visi Tuhan bagi Pelayanan Anak di Indonesia

Izin usul, mgkn utk materi yg bersifat riil bs menggunakan kondisi terbaru. Spt di materi indonesia di mata dunia.

*Jawaban:*

Usul yang sangat baik untuk kami update materi dengan data terbaru untuk peserta next sesi 1. Terima kasih atas masukannya yang sangat berharga ibu Tabitha.

1 Juli 2025

Novi Ester Lumintang

GPdI Victory Lepo-lepo

Batch 1. Sesi 1. Visi Tuhan bagi Pelayanan Anak di Indonesia

Selain mengajar tentang Injil untuk anak Sekolah Minggu, bagaimana pendapat Ibu jika pihak Gereja juga mengajar pelajaran sekuler di Gereja.. mengingat pendidikan sekolah antara Negeri, daerah terpencil dan swasta berbeda.

*Jawaban:*

Menurut pendapat saya, mestinya kita pihak gereja terkonsentrasi bagi asupan rohani bagi anak-anak karena mereka sudah mendapat ilmu pengetahuan di sekolah. Namun bilamana di daerah terpencil asupan pendidikan dan pengajaran di sekolah umum sangat kurang tidak ada salahnya bila gereja ambil bagian untuk menjadi jawaban bagi persoalan tersebut, justru jika kita ambil bagian, bisa menjadi pintu masuk bagi injil bisa disebarluaskan melalui jalur sanggar/ kelompok belajar/ dlsb.

5 Juli 2025

Wiwik Pujiastuti, S.Pd

GBT Immanuel Madiun

Batch 1. Sesi 1. Visi Tuhan bagi Pelayanan Anak di Indonesia

Bagaimana cara untuk mewujudkan visi dalam pelayanan agar bisa maksimal ?

*Jawaban:*

Ada 4 visi dalam hidup kita, sbb:

Jadi tujuan Tuhan menciptakan manusia bisa kita simpulkan sebagai berikut:

  1. Visi Ilahi 1 ; Untuk kemuliaan nama-Nya (Yesaya 43:7)
  2. Visi Ilahi 2; Untuk sang ciptaan hidup berbahagia
    1. Visi Ilahi 3; Untuk sang ciptaan berbahagia dengan cara menerima hidup kekal kelak setelah mati.
    1. Visi Ilahi 4; Untuk sang ciptaan berbahagia di bumi, dengan cara : menjadi kepala dan bukan ekor, naik dan bukan turun (Ulangan 28:13)
      1. Visi Ilahi 4 ini adalah salah satu cara untuk menjangkau Visi Ilahi 3  melalui Amanat Agung Yesus Kristus (Matius 28:18-20)

NOTE; Visi ilahi 3 akan memenuhi Visi Ilahi 2. Visi Ilahi 4 tujuannya adalah pencapaian visi ilahi 1 ,2 dan 3

Mari kita gambarkan dengan Salib agar mudah mengingat 4 Visi Ilahi ini;

Kemuliaan nama-NyaYesaya 43:7Visi Utama  
Bagan 1Visi Ilahi  
4. Menjadi Kepala dan bukan EkorNaik dan bukan turunUlangan 28:13Visi Kolektif  
3. Hidup KekalYohanes 3:16Dan Amanat Agung(Matius 28:18-20)Visi Universal  

Kesimpulan: agar visi dalam pelayanan menjadi maksimal kita harus mengacu pada 4 visi tersebut:
1. Melakukan pelayanan anak untuk tujuan kemuliaan nama Tuhan

2. Melakukan pelayanan anak agar kita sang guru dan anak-anak sang murid hidup berbahagia

3. Melakukan pelayanan anak agar kita para guru dan anak-anak menerima kehidupan kekal

4. Melakukan pelayanan anak agar anak-anak kita persiapkan kelak bisa menjadi pempimpin

5. Melakukan pelayanan anak agar anak-anak kita persiapkan dapat menjangkau jiwa-jiwa untuk Kristus dalam amanat agung.

6 Juli 2025

Yuliana Sidharta

Power of Play

Batch 1. Sesi 1. Visi Tuhan bagi Pelayanan Anak di Indonesia

Hasil transformasi atas generasi tidak selalu bisa dilihat ketika kita menjadi guru, apakah ada tolak ukur jangka pendek ataupun rubric runrik atau seperti apa ya untuk assessmentnya?

Jawaban:

Pertanyaan yang sangat bagus. Jawabannya sederhana, seperti saat kita menanam benih, kita tidak tahu kapan benih itu tumbuh, bagaimana bertumbuhnya, dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari atau bahkan minggu ke minggu sampai kepada bulan ke bulan dan tahun ke tahun. Yang jelas apa yang kita tanam itu kelak akan bertumbuh dan berbuah. Tinggal kita menanamnya seperti apa, apakah benih unggul? Apakah kita rawat dengan baik? Apakah cukup sinar matahari? Dlsb. Seperti halnya petani, 2 Timotius 2:6, petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya, artinya seorang petani mengapa mau bekerja keras? Karena dia menantikan panenan sebagai orang pertama yang menantikannya lebih dari siapa pun. Maka sebagai seorang guru kita pasti akan melihat tuaian, ketika taburan kita bertumbuh. Tolok ukurnya apa? Mudah saja! Pastikan anak-anak menerapkan Mazmur pasal 1 maka tingkat kegagalannya adalah enol persen!

15 Juni 2025

Angela Winna

GMS Jakarta

Batch 1. Sesi 2. Precious Calling

Mengapa Daud yang mampu memuridkan banyak orang di gua Adulam tidak berhasil memuridkan anak-anaknya? Apa yang harus dikoreksi oleh GSM agar berhasil juga memuridkan anak jasmaninya?

*Jawaban:*

Suatu pertanyaan yang sangat bagus.

Mari kita lihat komentar Alkitab tentang Daud di PB:

Kis 13:36 Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya…….

โ€˜Melakukan kehendak Allahโ€™ = di sini dipakai kata hupereteo yang artinya: serve, minister unto, minister, melayani, telah bekerja.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya itu tidak dalam lingkup keluarga, melainkan hanya dalam lingkup pekerjaannya sebagai seorang raja, seorang tentara yang berperang melawan musuh-musuh Israel.  Sama sekali ayat tersebut tidak ada kaitannya dengan bagaimana seorang Daud menjadi ayah bagi anak-anaknya.

Daud adalah anak yang tertolak, dapat kita lihat di Mazmur 27:10. Sedikit banyak mungkin karena dia tertolak di keluarganya sendiri, maka Daud menerapkan pola asuh yang bertolakbelakang dari bagaimana dia diperlakukan oleh orang tuanya dahulu dengan menjalankan pola asuh yang sama sekali berbeda kepada anak-anaknya. Sebagai contoh:
Pola asuh Daud kepada Adonia adalah Permissive Parenting/ Pola Asuh Serba Membolehkan (1 Raja-raja 1:6). Pola asuh Daud kepada Tamar adalah Pola Asuh Pembiaran (2 Samuel 13:21, Daud tidak pernah dicatat dalam Alkitab memberikan penghiburan kepada Tamar dan memberikan sangsi apa pun kepada Amnon). Pola asuh Daud kepada Amnon dan Absalom adalah Pola Asuh tanpa pendisiplinan, notabene Amnon telah berbuat tidak sopan terhadap Tamar dan Absalom telah main hakim sendiri dengan membunuh Amnon, tidak ada pendisiplinan atas mereka, misalnya dengan menonaktifkan mereka sebagai pembantu raja, dlsb (1 Tawarikh 18:17)

Tetapi saat membesarkan Salomo, Daud telah mengambil peran sebagai seorang ayah dengan baik, bisa kita lihat di Amsal 6:20 yang adalah perkataan Daud kepada Salomo yang dituliskan kembali oleh Salomo (Amsal 4:4aโ€”Amsal 4:4b-9:18, bandingkan dengan Amsal 10:1 dst). Dari Amsal 6:20 kita bisa melihat peran Daud dalam memberikan perintah-perintah kepada Salomo kecil yang juga dibarengi dengan ajaran Batsyeba kepada Salomo, sebagai duet yang bagus bagi perkembangan Salomo yang dipersiapkan secara khusus sebagai penggantinya kelak.

Yang harus dikoreksi adalah; tiap-tiap guru sekolah minggu juga harus paham pola asuh yang benar dari Alkitab. Karena ketika Daud melakukan kehendak Allah dalam panggilannya sebagai raja Israel, belum tentu dibarengi dengan bagaimana Daud menjadi seorang ayah yang baik bagi anak-anaknya. Tidak jarang hamba-hamba Tuhan yang sukses dalam pelayanannya namun karena kehidupannya tidak seimbang, keluarganya tidak dibina dengan baik. Oleh karena itulah syarat menjadi diaken dan penilik jemaat berimbang, baik syarat di bidang rohani, maupun juga di bidang keluarga (1 Timotius 3:1-16).

Bukan kebetulan JCA juga bergerak di pengajaran parenting, dapat dilihat di Playlist sbb:
https://www.youtube.com/watch?v=VXo6JzAuX7g&list=PLZ-s2fNhEZC78kcTvFJo3T_2fjujq4kI7

8 Juli 2025

NOVI ESTER LUMINTANG

GPdI Victory Lepo-Lepo Kendari, Sulawesi Tenggara

Batch 1. Sesi 2. Precious Calling

Apakah waktu 40 menit untuk ibadah sekolah Minggu sudah cukup?

*Jawaban:*

Untuk waktu 40 menit untuk ibadah Sekolah Minggu apakah cukup? Jawabannya adalah sangat relative. Dibandingkan waktu yang mereka habiskan di rumah dan di sekolah umum, maka waktu yang dihabiskan di sekolah minggu, sekalipun 2 jam, tidak akan sebanding.

Oleh karena itu gereja juga harus memiliki TETRALOGI di dalam pencetakan generasi; yaitu Tuhan, guru sekolah minggu/gereja/penggiat anak, si anak itu sendiri/generasi, dan orang tua murid.

Sehingga waktu yang dihabiskan oleh anak-anak di rumah juga dapat asupan pengajaran dari orang tua mereka. Oleh karena itu gereja jangan hanya sibuk mencetak guru sekolah minggu tetapi juga harus mencetak orang tua murid cakap dalam hal-hal ini:

  1. Bagaimana mendirikan mezbah keluarga di rumah masing-masing
  2. Bagaimana pola asuh yang benar kepada anak-anak
  3. Bagaimana bercerita pada anak di rumah
  4. Bagaimana melatih anak-anak memperkatakan ayat emas
  5. Bagaimana melatih anak saat teduh pribadi bersama Tuhan
  6. Apa itu kurikulum ilahi, dlsb

Empat puluh menit yang ada bila dibagi untuk 20 menit puji-pujian, dan hanya tersisa 20 menit untuk pemberitaan Firman Tuhan secara kreatif, akan menjadi semakin minim.

Tidak ada waktu yang ideal untuk anak-anak bisa dikatakan cukup di sekolah Minggu, karena tiap anak bisa berkonsentrasi 1,5 X umur anak X satuan menit, contoh:
anak usia 10 tahun, maka dia dapat berkonsentrasi 10 X 1,5 X satuan menit = 15 menit.

Saat konsentrasi mereka menurun, metode dapat diubah dan saat metode diubah dalam termin yang baru, maka konsentrasi dihitung dari nol lagi.

Jadi contohnya seperti ini; puji-pujian 15 menit, saat konsentrasi mereka menurun, diajak memperkatakan Firman Tuhan 15 menit, lantas saat konsentrasi mereka menurun diajak mendengar cerita Alkitab 15 menit, dilanjut lagi kesaksian guru 15 menit, diajak game 15 menit, dst, dst…

Berapa jam pun mereka akan tahan bila guru SM menggunakan teknik ini. Seperti halnya anak-anak pun tahan bermain dari pagi sampai sore, asalkan setiap bosan dia akan berganti mainan.

25 Juni 2025

Angela Winna

GMS Jakarta

Batch 1; Sesi 4. Ulangan pasal 6

Apa yang harus dilakukan jika harus menghadapi kondisi di mana masa-masa emas pengajaran kurikulum Ilahi pada anak sudah terlanjur terlewatkan, sehingga pengaruh dunia sudah begitu erat mencengkeram pola hidup generasi yang di hadapi.

Pertanyaan serupa:

29 Juni 2025
Nehemia

GPdI Anugerah Purworejoโ€™

Batch 1; Sesi 4. Ulangan pasal 6

Jawaban:

Tidak ada kata terlambat, khususnya sebelum mereka berumur 25 -30 tahun .Apa dasarnya?
Hofni dan Pinehas berumur lebih kurang 25-30 tahun saat mereka menjadi imam (1 Samuel 1:3, Blangan 8:24-26) dan label atas mereka sebagai orang yang dursila muncul di 1 Samuel 2:12. Kemungkinan label itu muncul di 6 tahun dari ayat 1 Samuel 1:3, mengingat Hana perlu waktu 9 bulan lebih untuk mengandung Samuel, lantas butuh 3-5 tahun baru Samuel disapih dan dibawa ke Silo.

Anggap saja 25 tahun +6 = 31.

Jadi Alkitab seperti memberi gambaran tentang Hofni dan Pinehas, bahwa sebelum mereka lepas dari pengasuhan dan bimbingan orang dewasa, sebenarnya belum ada kata terlambat, namun bila telah menginjak usia 30-an sepertinya karakter dan peringai telah terlanjur terbentuk.

Juga ada ayat ini: Amsal 22:6

Dalam Amsal 22:6, kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai “orang muda” adalah naโ€ฒar (ื ึทืขึทืจ).

Naโ€ฒar adalah kata yang memiliki arti yang sangat luas dan tidak merujuk pada satu rentang usia yang spesifik, seperti “anak balita” atau “remaja”. Arti kata ini bisa mencakup:

  • Bayi atau anak kecil: Seperti dalam Keluaran 2:6, di mana Musa disebut naโ€ฒar saat ia ditemukan di dalam keranjang.
  • Anak laki-laki yang lebih tua: Seperti Ishak dalam Kejadian 22:5-12, yang sudah cukup kuat untuk memanggul kayu bakar.
  • Remaja atau pemuda: Sering kali merujuk pada seseorang yang masih berada di bawah otoritas orang tuanya atau tuan/rajanya, dan belum sepenuhnya dewasa atau mandiri. Misalnya, Yusuf saat berusia 17 tahun juga disebut naโ€ฒar (Kejadian 37:2).
  • Seorang pelayan muda: Kadang-kadang diterjemahkan sebagai “pemuda” atau “pelayan”, yang menunjukkan status sosial, bukan hanya usia.

Jadi, ketika Amsal 22:6 menggunakan kata naโ€ฒar, ia tidak mengacu pada satu rentang usia tertentu (misalnya, 0-5 tahun atau 13-19 tahun). Sebaliknya, ia merujuk pada periode dalam kehidupan seseorang di mana ia masih berada dalam pengasuhan dan bimbingan orang dewasa, baik orang tua maupun mentornya. Ini bisa dimulai dari masa kanak-kanak hingga awal masa dewasa.

Inti dari Amsal 22:6 bukanlah tentang batasan umur, melainkan tentang periode formasi atau pembentukan karakter. Ayat ini menekankan bahwa pendidikan dan pembimbingan yang diberikan selama masa-masa formatif ini memiliki dampak yang langgeng hingga seseorang menjadi tua (zaห‰qeห‰n – kata Ibrani untuk “tua”).

23 Juli 2025

Tria Puspa Sari

GBT Immanuel Madiun

Batch 1; Sesi 4. Ulangan pasal 6

Mengapa disebutkan bahwa ketetapan Tuhan itu tidak berubah, sedangkan perintah Tuhan bisa berubah?

Jawaban:

Perbedaan Ketetapan dan Perintah

  1. Ketetapan (Decree/Counsel of God)
    • Sifat: Tidak berubah, kekal, dan mutlak.
    • Cakupan: Ini adalah keputusan abadi dan bijaksana dari Allah yang mencakup semua peristiwa dan hasil akhir dari segala sesuatu, mulai dari penciptaan hingga keselamatan umat manusia. Ketetapan ini tidak bergantung pada apa pun di luar diri-Nya.
    • Contoh: Ketetapan bahwa Kristus akan datang untuk menebus dosa manusia, bahwa akan ada hari penghakiman, dan bahwa semua orang percaya akan memperoleh hidup kekal. Ini adalah rencana besar Allah yang tidak akan pernah batal.
    • Ayat Kunci:
      • “Aku adalah yang pertama dan Aku adalah yang terakhir dan di luar Aku tidak ada Allah.” (Yesaya 44:6) – Menunjukkan sifat Allah yang kekal dan tidak berubah.
      • “Sebab Aku, Tuhan, tidak berubah, maka kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.” (Maleakhi 3:6) – Menegaskan ketidakberubahan karakter dan janji Tuhan.
  2. Perintah (Commandment/Law)
    • Sifat: Bisa berubah, situasional, dan diberikan kepada manusia dalam konteks tertentu.
    • Cakupan: Ini adalah instruksi atau hukum yang diberikan Allah kepada manusia untuk mengatur perilaku dan hubungan mereka dengan-Nya dan sesama. Perintah-perintah ini bisa disesuaikan dengan perkembangan sejarah, kondisi sosial, atau status perjanjian (perjanjian lama vs. perjanjian baru).
    • Contoh:
      • Persembahan Korban: Dalam Perjanjian Lama, Tuhan memerintahkan persembahan hewan sebagai penebusan dosa. Namun, setelah kedatangan Yesus, perintah ini tidak lagi relevan karena Yesus adalah korban yang sempurna dan terakhir.
    • Ayat Kunci:
      • “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius 5:17) – Yesus tidak membatalkan hukum, tetapi menggenapinya, yang membawa pada pemahaman yang lebih dalam dan perubahan dalam pelaksanaannya.
      • “Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.” (Yohanes 1:17) – Menyoroti perubahan dari perjanjian lama yang berpusat pada hukum, ke perjanjian baru yang berpusat pada kasih karunia Kristus.

Kesimpulan

Pada dasarnya, ketetapan Tuhan adalah rencana abadi dan tujuan akhir-Nya yang tidak pernah berubah, sedangkan perintah Tuhan adalah sarana atau instruksi yang diberikan kepada manusia untuk mencapai tujuan tersebut. Perintah-perintah ini dapat disesuaikan atau disempurnakan oleh-Nya seiring berjalannya waktu dan penyempurnaan rencana keselamatan-Nya. Dengan demikian, Tuhan tetaplah tidak berubah dalam karakter dan ketetapan-Nya, tetapi cara-Nya berinteraksi dengan manusia bisa berubah seiring dengan kemajuan sejarah keselamatan.

27 Juli 2025

Christ Diamantika Dewayani

GBT Immanuel Madiun

Batch 1; Sesi 4. Ulangan pasal 6

Apakah “mengalami” Tuhan atau memiliki pengalaman dengan Tuhan itu harus berupa sebuah mukjizat, Bu? Ataukah, bisa di mulai dengan hal-hal kecil seperti penyertaan Tuhan, dsb. Terima kasih.

Jawaban:
Benar yang anda katakan, bahwa pengalaman dengan Tuhan tidak harus berupa mujizat, bisa saja berupa hikmat yang Tuhan berikan untuk mengambil keputusan, penyertaan Tuhan, rhema yang Tuhan bukakan, peristiwa yang mengingatkan akan firman Tuhan, dlsb.

27 Juli 2025

Esther Agustin Watuseke

SD Kristen Imanuel Situbondo

Bagaimana cara2 praktisnya te utk bs memelihara hati tetap memandang kepada Tuhan dalam mengerjakan ini semua, dan memelihara hati spy ttp yg kita kerjakan ini berpusat sm Tuhan? bukan diri kita? Ada ayat yg bisa dibagikan? dan juga doakan kami, khususnya saya spy ga lelah, tp tetap semangat utk terus mengerjakan apa yg Tuhan percayakan di ladang pelayanan anak ini.. trimakasi te, Tuhan berkati ๐Ÿฅฐ

Jawaban:

Kol 3:23https://alkitab.sabda.org/images/advanced.gifApapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan 1  dan bukan untuk manusia.

Rm
 11:36
https://alkitab.sabda.org/images/advanced.gifSebab segala sesuatu d  adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! e 
1Kor 15:58https://alkitab.sabda.org/images/advanced.gifKarena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! q  Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. r 

Itu adalah 3 ayat yang dapat saya bagikan agar kita terus menjadikan Tuhan sebagai pusat di kelas, dan selalu tetap bersemangat melayani Tuhan di bidang anak-anak.

10 Agustus 2025

TRILIANSI ELISABETH KLAPING

Yayasan anugra anak sumba

Sesi 5; Pemulihan Guru; Delapan Tangisan Yusuf (part 1)

Mengapa atau apa alasannya Yusuf tdak mau memaafkan kan sodara2 nya.

Jawaban:

Yusuf mau memaafkan saudara-saudaranya. Buktinya Kejadian 45:15

Tetapi memang proses untuk memaafkan itu tidak mudah.

6 Juli 2025
Nehemia

GPdI Anugerah Purworejoโ€™

Batch 1; Sesi 5. Delapan tangisan Yusuf (part 1)

Apakah setiap reaksi negatif yg kita lakukan adalah selalu dari luka hati di masa lalu? Atau ada penyebab lain?

Jawaban:

Ini adalah pertanyaan yang sangat mendalam dan reflektif. Tidak semua reaksi negatif yang kita tunjukkan selalu berasal dari luka masa lalu, tetapi sebagian besar memang memiliki keterkaitan dengan pengalaman kita. Ada banyak faktor yang bisa menjadi penyebabnya.

Secara umum, ada dua kategori besar penyebab reaksi negatif:

1. Reaksi yang Berakar dari Pengalaman Masa Lalu

Ini yang sering disebut “luka batin” atau “trauma”. Otak kita memiliki mekanisme pertahanan diri. Ketika kita menghadapi situasi yang mengingatkan kita pada luka lama, otak akan secara otomatis mengaktifkan respons emosional yang sama seperti dulu. Ini bisa berupa:

  • Pola Pikir yang Terbentuk: Misalnya, jika di masa kecil kita sering dikritik, kita mungkin akan bereaksi sangat sensitif terhadap kritik sekecil apa pun di masa dewasa.
  • Ketakutan yang Tidak Disadari: Jika pernah dikhianati, kita mungkin akan bereaksi defensif atau curiga secara berlebihan saat menjalin hubungan baru.
  • Perilaku yang Dipelajari: Melihat orang tua bereaksi marah atau pasif dalam menghadapi masalah bisa membentuk cara kita bereaksi serupa.

2. Reaksi yang Berasal dari Situasi Saat Ini

Reaksi negatif tidak selalu datang dari masa lalu. Ada banyak pemicu langsung yang terjadi di masa sekarang:

  • Kondisi Fisik dan Mental: Saat kita lelah, lapar, kurang tidur, sakit, atau mengalami tekanan (stres), toleransi kita terhadap hal-hal kecil akan menurun. Akibatnya, kita lebih mudah marah, cemas, atau sedih.
  • Ketidaksesuaian Nilai: Ketika seseorang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai yang kita pegang teguh (misalnya, berbohong padahal kita sangat menjunjung kejujuran), kita akan bereaksi negatif secara spontan.
  • Batasan yang Dilanggar: Reaksi marah bisa jadi merupakan cara kita melindungi diri saat orang lain melanggar batasan pribadi yang telah kita tetapkan. Ini adalah respons yang sehat.
  • Informasi yang Salah: Kesalahpahaman atau kurangnya informasi bisa menyebabkan kita bereaksi negatif. Misalnya, kita marah karena merasa tidak dihargai, padahal orang lain hanya tidak tahu kalau mereka sudah menyinggung kita.

8 Juli 2025

Angela Winna

GMS Jakarta

Batch 1; Sesi 5. Delapan tangisan Yusuf (part 1)

Izin memberi pendapat bahwa Yusuf belum tentu tidak menangis dalam peristiwa kesesakan ekstrim yg terjadi sebelum dirinya mendapatkan promosi; sebab Alkitab tidak mencatat hal tsb.

Jawaban:

Biasanya Alkitab konsisten sekali. Kalau di masa lainnya sampai 8 kali dicatat Yusuf menangis, maka di masa lainnya lagi tidak dicatat Yusuf menangis, besar kemungkinan tetap saja di masa lainnya Yusuf tidak menangis, karena kalau di satu sisi dicatat menangis, apa alasannya Alkitab tidak mencantumkan tangisan lainnya??
Namun sebagai sama-sama penafsir Alkitab, kemungkinan seperti yang ibu Winna sampaikan tetap ada.

13 Juli 2025
Nehemia

GPdI Anugerah Purworejoโ€™

Batch 1; Sesi 6. Delapan tangisan Yusuf (part 2)

Apakah pengampunan cukup dilakukan dengan minta ampun kepada Tuhan atau harus bertemu dengan orang yang menyakiti kita? Bagaimana jika orang terbuat sudah meninggal? Terima kasih.

Jawaban:

Mat 6:15https://alkitab.sabda.org/images/advanced.gifTetapi jikalau kamu tidak mengampuni 1  orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.
Mrk 11:25https://alkitab.sabda.org/images/advanced.gifDan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah 1  dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu. u “

Matius 5:23-24: “Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu datanglah dan persembahkanlah persembahanmu itu.”

Lukas 17:3-4: “Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”

Pengampunan kepada Tuhan vs. Pengampunan kepada Orang yang Menyakiti Kita

Berdasarkan ayat-ayat di atas, pengampunan tidak cukup hanya dilakukan dengan meminta ampun kepada Tuhan. Mengampuni adalah proses dua arah:

  1. Pengampunan Vertikal (dari kita kepada Tuhan): Kita meminta pengampunan dari Tuhan atas dosa-dosa kita.
  2. Pengampunan Horizontal (dari kita kepada sesama): Kita mengampuni orang yang telah menyakiti kita.

Kedua jenis pengampunan ini saling terkait. Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa pengampunan Tuhan atas kita bergantung pada kesediaan kita untuk mengampuni orang lain. Matius 6:15 (“…jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu”) adalah pernyataan yang sangat kuat tentang hal ini.

Oleh karena itu, jika memungkinkan, kita harus bertemu dengan orang yang menyakiti kita untuk menyelesaikan masalah dan mengampuni mereka secara langsung. Ini adalah wujud dari ketaatan kita pada perintah Kristus. Pengampunan sejati juga bukan hanya soal kata-kata, tetapi perubahan hati, melepaskan kepahitan, dan memulihkan hubungan jika memungkinkan.


Bagaimana Jika Orang Tersebut Sudah Meninggal?

Ini adalah situasi yang berbeda, dan di sinilah pengampunan menjadi lebih merupakan urusan hati yang dilakukan di hadapan Tuhan. Jika orang yang menyakiti kita sudah meninggal, kita tidak bisa lagi bertemu dengannya secara fisik untuk berdamai.

Namun, perintah untuk mengampuni tetap berlaku. Anda bisa melakukannya dengan cara:

  • Berdoa kepada Tuhan: Sampaikan kepada Tuhan bahwa Anda mengampuni orang tersebut. Lepaskanlah semua kepahitan, kemarahan, atau dendam yang masih Anda simpan di dalam hati Anda.

Pada intinya, pengampunan adalah pelepasan beban dari diri kita sendiri. Meskipun kita tidak bisa lagi berinteraksi dengan orang yang telah meninggal, Tuhan tetap meminta kita untuk membebaskan diri kita dari kepahitan agar hati kita bisa kembali utuh.

20 Juli 2025
Nehemia

GPdI Anugerah Purworejoโ€™

Batch 1; Sesi 7. Delapan tangisan Yusuf (part 3)

Apakah tangisan ke-4 sampai 8 akan otomatis terjadi ketika kita melewati tangisan ke-3? Ataukah tetap harus kita usahakan?

Jawaban:

Tangisan ke 4-7 tidak secara otomatis kita dapatkan, namun tanpa melalui tangisan ke 3, maka itu akan menghambat kita mendapatkan tangisan bahagia, tangisan pemulihan, tangisan mujizat itu nyata, tangisan anak sulung.

Contoh Ruben gagal mendapatkan berkat kesulungan karena dia menaiki petiduran ayahnya. Artinya untuk mendapatkan berkat kesulungan tentu ada faktor-faktor lain. Namun jangan biarkan kepahitan menjadi penghalang untuk kita alami berkat kesulungan itu.

Sedangkan tangisan ke 8 itu sama dengan tangisan pertama. Itu adalah pengulangan pengulangan dari orang-orang yang kembali menyakiti kita dengan kasus yang sama, atau oleh orang yang berbeda dengan kasus yang sama.

26 Juli 2025

Ayu indrajati,SE

GPdI El-Shaddai Magelang

Batch 1; Sesi 8. Temukan 10 Alasan Mengapa Menikmati Menjadi GSM (1)

Bagaimana cara kita menghadapi anak2 yg menolak utk mendengar atau menerima pengajaran ? (dlm hal ini sering kali ditemui pada anak2 remaja atau pemuda yg sdg dlm pencarian jati diri) sementara mereka adalah generasi yg paling rawan utk dpt godaan dosa perzinahan

Jawaban:

Pendekatan kepada anak-anak remaja dan pemuda memang tidak mudah karena harus memakai cara yang tepat:

  • Jalur persahabatan
  • Membangun hubungan sampai mendapatkan kepercayaan
  • Kepercayaan dibangun dengan diawali dengan membangun persahabatan yang di dalamnya ada keterbukaan
  • Keterbukaan diawali dari pempimpin yang membuka diri terlebih dahulu
  • Kepercayaan dibangun dengan pemimpin masuk ke dunia mereka, bukan sebaliknya.
  • Setelah kepercayaan didapatkan, barulah dapat dengan mudah mengarahkan mereka.

Hal-hal seperti ini tidak dapat kita lakukan dengan metode pembelajaran satu arah, dari guru ke murid, tetapi lebih dibangun melalui jalur informal seperti; sharing, komsel, hangout bareng, nobar, dlsb.